Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang berasal dari pengucapan atau mulut manusia. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa Bahasa merupakan kemampuan manusia untuk saling berkomunikasi dengan manusia lainnya dengan menggunakan symbol misalnya dengan kata ataupun Gerakan badan.
Seperti yang telah kita ketahui bahwaDengan berbahasa, anak akan dapat mengekspresikan didi dan berkomunikasi dengan temannya, mulai dari anak akan melkukan interaksi, melakukan pembelajaran dan perkembangan pada anak.
Wibowo mengungkapkan pendapatnya, bahwa Bahasa adalah system symbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi, yakni yang dihasilkan oleh mulut yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang digunakan sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk menghasilkan perasaan dan pikiran manusia.
Setelah kita membahas tentang Bahasa reseptif, selanjutnya kita akan membahas Bahasa ekspresif. Apa sih Bahasa ekspresif itu? Bahasa ekspresif membahas tentang bagaimana anak dapat menggunakan kata untuk mengungkapkan keinginan nya, untuk mengekspresikan dirinya melalui komunikasi baik berupa verbal ataupun nonverbal.
Bahasa ekspresif mengacu pada kemampuan anak untuk mengekspresikan apa yang ia lihat, emosi bahkan perasaannya. Keterampilan Bahasa meliputi : mendengar, mengucapkan, membaca dan menulis. Anak yang sehat sangat membutuhkan Bahasa ekspresif. Banyak factor yang menyebabkan perkembangan Bahasa ekspresif khususnya kemampuan berbicara belum mencapai tingkat perkembangan. Hal seperti ini disebabkan oleh model pembelajaran yang masih bersifat teacher center sehingga anak- anak kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar.
Fungsi Bahasa reseptif sendiri adalah untuk membangkitkan perasaan saat membaca atau saat mendengar. Bahasa ekspresif bekerja dengan anak akan merangkai kata menjadi kalimat yang dapat di mengerti sehingga ia dapat mengucapkannya dengan benar.
Kemampuan anak yang normal dalam berbahasa ekspresif dikuasai melalui beberapa tahapan sejak ia bayi, yakni :
Dimulai pada usia 4-6 minggu, pada usia ini anak hanya dapat mengucapkan suara vokal atau cooing seperti " aaaa " atau " iiii ". Selanjutnya pada usia 4-5 bulan, anak bisa mengucapkan 2 kata seperti " ba " atau " ma ". Pada usia 6-9 bulan, anak mulai bisa mnegucapkan kata yang lebih kompleks seperti " papapa ". Nah, biasanya orang tua menganggap anak telah dapat mengucapkan kata mama atau papa, padahal pada usia ini anka belum mengerti apa yang ia ucapkan.
Nah baru pada usia 12 bulan sampai kurang dari 18 bulan, ia bisa mengerti apa yang ia ucapkan. Seperti saat ia mengucapkan kata " mama ", ia tidak hanya sekerdar berkata mama tetapi ia mengerti bahwa mama adalah sebutan untuk ibunya. Ia juga mulai menyebutkan 2 hingga 3 suku kata yang sama. Anak mulai dapat menirukan suara yang ia dengar. Ia juga mulai menunjukkan ketertarikan saat dibacakan buku cerita dan  merespon pertanyaan sederhana.
Usia 18 bulan sampai kurang dari 2 tahun, anak mulai suka dibacakan buku yang sama secara berulang, mengungkapkan kalimat sederhana seperti bubuk, berarti ia ingin tidur. Di usia 2 tahun hingga kurang dari 3 tahun, ia mulai dapat mengungkapkan kalimat sederhana seperti adik minum susu. Ia juga mulai bisa membuka halaman buku.
Selanjutnya pada usia 3 hingga kurang dari 4 tahun, ia akan menunjukkan perilaku seperti seolah -- olah ia sedang membaca buku, mengcapkan kalimat pendek untuk mengungkapkan apa yang ia lihat dan apa yang ia rasakan. Saat anak berusia 4 sampai kurang dari 5 tahun, ia menggunakan kalimat pende untuk berkomunikasi dengan teman nya bahkan orang dewasa untuk menyatakan apa yang ia inginkan. Bercerita sesuai kebutuhan seperti kapan ia harus bertamya dan berpendapat. Hurlock mengatakan bahwa pertumbuhan kecerdasan anak pada masa ini akan mengalami peningkatan dari 50% hingga 80%.
Anak usia 5 tahun sampai kurang dari 6 tahun akan mengungkapkan keinginan, pendapat, dan perasaan degan kata yang sederhana untuk berkomunikasi dengan temannya. Ia juga dapat mengungkapkan idenya, perasaannya dengan pilihan kata saat berkomunikasi, ia juga bisa menceritakan Kembali isi cerita dengan sederhana.
Lalu, bagaimana mom dapat membantu meningkatkan kemampuan Bahasa ekspresif anak?
Mom dapat mengajak anak untuk bermain peran. Menurut Lickona, bermain peran adalah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan di semua usia, dengan bermain peran anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain juga membawakan peran sesuai tema dan kondisi untuk dirinya. Bermain peran dapat melatih sikap empati, simpati, benci, , marah, dan senang. Bermain peran juga merupakan kegiatan memerankan tokoh -- tokoh atau benda sekitar dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal anak atau imajinasi anak sera penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan. Â
Bermain boneka jari juga dapat melatih kemapuan Bahasa ekspresif anak. Karena melalui bercerita dengan menggunakan boneka jari, anak akan mampu menyampaikan atau berbicara dengan kalimat sederhana dan jelas untuk bertanya, menjawab pertanyaan guru, bahkan menceritakan Kembali cerita yang ia dengar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H