Mohon tunggu...
Sayyidati Hajar
Sayyidati Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Timor

Perempuan Timor | Traveller Kampung | Teater | Short Story | Short Movie | Suka Budaya NTT | pos-el: sayyidati.hajar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Rian Seong, Gempuran Kenangan, dan Lukisan yang Hilang

9 Januari 2020   11:05 Diperbarui: 9 Januari 2020   11:25 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Lukisan yang Hilang (Dokumen Pribadi)

Seorang pria sangat bersedih untuk tiga hal, kehilangan ibu, kehilangan istri, dan kehilangan anak perempuan. Kehilangan pun bermacam wujud. Kehilangan yang bermakna denotatif---sebenar-benarnya, ketika ruh dan jasad saling melepas, pun kehilangan secara konotatif---perumpamaan, ketika mata tak saling menjangkau jasad. Kehilangan melahirkan manusia-manusia baru setiap kali mereka terbangun di pagi hari. Kepala dipenuhi kerinduan, dada dipenuhi sesak, mata dipenuhi potret-potret, pikiran dipenuhi kenangan. 

Kehilangan memang tak pernah mudah, tapi tak selalu berat. Tak pernah gampang, tapi tak selalu sulit. Ada setapak kecil, yang kiri dan kanannya tergantung lilin-lilin, juga mengalir sungai-sungai kecil pelunas dahaga. Jalan itu halus---rumit---dekat, tak semua orang mampu menemukannya. Namun Rian Seong, sang Pekerja Seni musik itu meemukannya. Ia menemukan setapak dengan lilin dansungai-sungai mengalir itu. 

Di tengah kehilangan yang begitu dalam dan berat, ia menemukan jalan bertahan dari gempuran kenangan yang dahsyat bersama sang Mama---perempuan pertama yang mengajarinya cara mencintai.

Mengenal Rian Seong dan Lukisan yang Hilang

Suatu hari di tengah terik bulan Oktober, seorang kawan---yang baru saya kenal beberapa hari sebelumnya, meminta saya hadir ke Redaksi Cakrwala NTT. Kami mendiskusikan beberapa hal terkait Cakrwala NTT---sebuah media yang fokus pada pendidikan di NTT. 

Setelah beberapa lama, seorang laki-laki datang, disambut gembira oleh rekan-rekan di Redaksi Cakrawala. Ketika itu ada Bang Gusty Rikarno, Kak Roby Fahik, Kak Alex Matara, dan Kak Atik. Mereka semua saling kenal, rupanya hanya saya yang kurang gaul, sampai tak kenal seorang guru musik terkenal bernama Rian Seong.

 Pria bernama lengkap Marianus Seong Ndewi itu lahir di Waerana Flores Timur. Sejak 2013 giat melatih dan menjuri paduan sekolah dan Grejani. Keberhasilannya di dunia musik setidaknya dipengaruhi dua hal, pendidikan keluarganya yang dekat dengan musik dan jurusannya saat kuliah---SENDRATASIK Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. 

Suami dari Apriliany Iju itu bertahan sebagai  pekerja seni, baik seni vokal maupun instrumental, di tengah tatapan miring banyak orang bahwa sekolah seni itu tak punya masa depan yang cerah. Ya, diakui atau tidak. Orang-orang masih gemar menganggap miring orang-orang yang bergiat di bidang seni. Terakdang malah dianggapkurang kerjaan.

Perjumpaan kami di Redaksi Cakrawala adalah yang pertama dan kedua kali di resepsi adik sepupu saya. Lukisan yang Hilang, adalah hadiah pertemuan pertama---yang dengan percaya diri juga saya iyakan untuk menulis ulasan atas buku pertama sang Guru Musik itu. 

Ya, Lukisan yang Hilang adalah buku pertama Rian Seong. Ditulis dengan cinta dan dada yang bergemuruh. Saya pikir kehadiran buku ini membuktikan bahwa Rian jatuh cinta dua kali pada sosok mamanya. Jatuh cinta pada saat ada dan ketiadaan sang Mama.

Buku Lukisan yang Hilang bersampul putih bergambar seorang ibu mendekap seorang anak perempuan. Sampul bertuliskan judul buku, nama penulis dan editor. Hanya 35 halaman, tak tebal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun