"Kau sakit Karen kopi?" mama bertanya padaku.  Aku tahu itu bukan  pertanyaan serius.  Itu sebuah ledakan.
"Kau tahu, setiap penyakit ada sebabnya," mama mulai serius setelah puas tertawa, "Kau harus mengakui salahmu," lanjutnya sambil menunjuk perut.  Aku paham maksudnya menunjuk  perut. Itu artinya aku telah berbuat salah pada perut. Â
"Mama, Â aku mual karena aroma kopi. Itu saja."
Mama menggeleng, "Kau harus mengakuinya," ujarnya meninggalkanku sendiri. Melakukan apa yang  mama katakan,  merenung. Aku tertidur sebelum menemukan jawaban.  Seorang perempuan duduk di sampingku, ia menggendong bayi. Aku melihat wajahku dalam wajahnya.  Perempuan itu tersenyum. Aku menangis.Â
Mama memegang beberapa lembar uang kertas katika aku sadar.  Aku cepat-cepat berdoa,  meminta mama memasukan  uang ke kotak amal. Aku mengakui dosa.
Kupang, Â 25 Desember 2018
Salam,Â
Sayyidati HajarÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H