Ken dan Cris memperkenalkan diri sebagai sutradara. Saya melihat semangat kerja mereka meski jelas terlihat lelah dan kurang tidur. Anak-anak muda itu tetap total  mengikuti workshop.
Setelah berdiskusi pendek sutradara memberi  script dan menjelaskan karakter yang harus saya perankan.Â
Saya mendengar  nada ragu-ragu dari sutradara.  Seperti membaca pikiran saya,  Ken tertawa lalu berkata,  "Maaf ibu,  kami masih belajar."
Saya mengangguk  paham sambil  memberi sedikit  motivasi untuk  terus belajar, sambil  menyipkan pesan bahwa saya pun demikian.
  Singkat cerita  kami mulai syuting pada  Jumat pagi di terminal  Oebobo  Kupang. Kemudian dilanjutkan di jalur 40 dalam waktu yang sempit sekadar untuk bersiap diri itu,  saya bersyukur  lawan main dalam film pendek itu sudah saya kenal.Â
Setidaknya, Â saya dan Putra Anakay pernah mengikuti workhop teater dan sering berjumpa dalam berbagai acara seni di Kota Kupang.
Baju yang dikenakan salah seorang pemeran  bertuliskan Cartoon Network. Seperti yang kita ketahui,  tidak boleh ada satu merk dagang apapun dalam produksi film.
Saya masih kurang paham alasan yang paling tepat,  tapi yang pasti kejadian itu  melahirkan konsekuensi baru.  konsekuensinya adalah kami wajib mengulang beberapa adegan khusus pada Sabtu pagi di terminal Oebobo sebelum  pindah lokasi  ke Aernona.
Selama dua hari proses  syuting,  saya menemukan semangat keatif  anak-anak muda NTT yang luar biasa dalam berkarya.Â
Semangat  belajar mereka  harus  terus  didukung oleh  elemen masyarakat. Anak muda NTT membutuhkan banyak ruang belajar kreatif  untuk menyalurkan bakat. Ruang-ruang kreatif itu harus  diciptakan bersama.