Peserta workshop akan diminta untuk mengadaptasi cerita-cerita lokal dan mengubahnya menjadi produksi sinematik yang secara potensial nantinya dapat ditayangkan pada khalayak internasional.
Kabar kerennya adalah fillm pendek yang diproduksi selama Viu Shorts di 17 kota akan dievaluasi, dinilai, dan pemenangnya akan diumumkan pada bulan Mei 2019 mendatang.
Membaca informasi  mengenai workshop  itu  membuat  saya  senang.  Setidaknya ada upaya positif dari Viu Indonesia dalam meningkatkan keterampilan pelajar  dan mahasiswa di berbagai kota, termasuk kota Kupang.Â
Suatu malam saya dihubungi Yaya dari KFK  percakapan  singkat pun terjadi, saya diminta untuk  bermain  dalam film pendek  yang sedang  dipersiapkan peserta  workshop atas  rekomendasi Abe.
Dalam hati saya ragu atas rekomendasi sutradara muda itu.  Selama ini saya banyak bermain  di panggung teater, saya tidak pernah sekalipun bermain film.
Ada rasa khawatir akan mengecewakan banyak orang.  Sebelum saya panjang  lebar  bermonolog dalam hati,  tiba-tiba muncul sang sutradara itu di hadapan saya dengan senyum  mengembang tanpa  dosa. Ia lantas menyambar gawai dan berbicara dengan Yaya.
Setelah itu masih  dengan  senyum mengembang dan kamera yang  ditenteng di bahunya ia pun memberi penjelasan singkat mengenai keterlibatan saya main di film pendek itu dan akhirnya. Kebetulan malam itu kami terlibat dalam kegiatan bersama.
Maka,   Bismillah saya niatkan semua itu untuk belajar  lebih  dan lebih lagi. Ini kesempatan belajar dengan teman-teman baru.
Setelah mengiyakan  saya berjanji akan bertemu tim produksi film untuk diberi arahan dan mengambil script. Ketika bertemu tim produksi,  saya bertemu banyak adik-adik dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana (JIKOM UNDANA).
Rupanya hampir seluruh peserta  workshop datang dari JIKOM UNDANA.  Mereka cekatan menyiapkan segala kebutuhan produksi. Â