Mohon tunggu...
Sayyid Asyhur Raihan
Sayyid Asyhur Raihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Inggris fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Walking in the God's grace

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Mistis Pendakian Gunung Lawu

13 Desember 2021   18:42 Diperbarui: 13 Desember 2021   19:08 3092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Sesampainya di Pos 4, kami cuma beristirahat sebentar dan 4 teman saya tadi, saya persilahkan untuk jalan duluan. Sedangkan saya dan Ilham, tetap berada di barisan belakang.

Di tengah perjalanan, hujan pun berhenti. Tetapi kami tidak membuka jas hujan dengan alasan takut hujan kembali mengguyur. Perjalanan dari Pos 4 ke Pos 5 ini, kami berdua disuguhi pemandangan padang sabana yang membentang luas. 

Dan disana pula, terdapat 2 jalur yang membingungkan saya. Disana, saya putuskan untuk beristirahat di pinggir jalur dengan harapan ada pendaki lain yang turun atau naik, sehingga kami bisa bertanya kepada mereka.

30 menit berlalu, tidak ada satu pun pendaki yang naik ataupun turun. Saya kebingungan karena hari mulai gelap. Dan disaat itu juga, datang 1 ekor Jalak Gading yang memandangi saya dengan pandangan yang cukup tajam.

Menurut artikel yang saya baca sebelumnya, kalau didatangi Burung Jalak Gading, kita tidak boleh mengganggunya. Dan menurut mitos yang beredar, Burung itu adalah jelmaan Kyai Jalak yang bertugas menjaga Gunung Lawu. Dan disaat itu juga, Burung Jalak tersebut mulai berjalan, diikuti langkah kaki kami yang pelan-pelan dibelakangnya.

'Dia' menuntun jalan kami, dan yang dilalui adalah jalur yang kanan.

Tidak berapa lama, Burung Jalak itu pergi dan bertengger di ranting pohon dipinggir jalur. Nampak Pos 5 di hadapan saya dan terdapat 1 tenda yang tenga berdiri disana. Kami berdua mengucapkan terima kasih kepada Burung Jalak tadi menggunakan bahasa Jawa 'Matur Suwun', dan kami beristirahat di Pos 5 beberapa menit. Anehnya, suara gamelan tadi masih jelas terdengar di gendang telinga.

Beberapa menit berselang, kami berdua melanjutkan perjalanan karena Camping Area sudah menanti di depan. Dan setelah menempuh perjalanan selama 1 jam 30 menit, kami berdua sampai di Gupak Menjangan (Camp Area), dan 2 tenda telah berdiri di dekat genangan air disana. Rupanya itu adalah 4 teman kami yang telah sampai lebih dulu.

Di Gupak Menjangan, suara gamelan itu masih terdengar cukup jelas dan saya hanya menghiraukannya dan bersiap untuk memasak beberapa potong makanan.

Malam tiba, tepat pada jam 10:00, saya dan Ilham yang masih terjaga karena sedang menggoreng kentang, tiba-tiba mendengar suara aneh. Suara itu sangat jelas terdengar, tetapi saya tidak tahu itu suara apa, karena baru mendengar suara seperti itu untuk pertama kalinya. Kami hanya berdo'a kepada Allah SWT supaya tidak terjadi apa-apa. Setelah 30 menit, suara itu pun menghilang entah kemana. Saya dan Ilham lalu bersiap untuk tidur dan melanjutkan perjalanan di pagi buta besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun