Singkat cerita, kami sampai di Pos 1, kami beristirahat dan menyulut beberapa batang rokok disana. Â Setelah badan terasa segar kembali, kami melanjutkan perjalanan.
Nah, setelah melewati Pos 1 ini, mulai ada yang terasa janggal. Pasalnya, saya mendengar suara alat musik jawa (Gamelan) yang sangat merdu.
Saya tidak memberitahu teman-teman saya karena mungkin suara itu berasal dari perumahan warga yang tengah mengadakan pesta pernikahan, karena posisi kita masih di Pos 1, yang mana masih belum terlalu jauh dari perumahan warga setempat.
Setelah sampai di pos 2, kami kembali beristirahat dan merebus air untuk menyeduh beberapa bungkus susu kental manis. Dan ketika kami beristirahat, suara gamelan itu menghilang.
Setelah berlama-lama di Pos 2, kami melanjutkan perjalanan. Tetapi saya dan Ilham, jalan belakangan karena beban kami yang 'lumayan' berat, jadi langkah kami berdua agak lambat.
Nah ketika saya tengah melanjutkan perjalanan dari Pos 2, suara dangdut itu kembali terdengar dengan sangat merdu.
Disana saya mencoba memberi tahu Ilham. Dan benar saja, setelah melewati Pos 1 tadi, dia merasakan hal yang sama seperti saya. Sampai di pertengahan antara pos 2 dan pos 3, kabut tebal mulai turun disertai gemericik hujan yang membasahi gunung Lawu itu.Â
Disana, kami berdua berhenti dan membuka jas hujan yang telah kami persiapkan sebelumnya. Semakin lama, hujan semakin deras dan kami tetap melangkah dengan jalur yang licin dan ditemani oleh merdunya suara gamelan tersebut.
Sebelum sampai ke Pos 3, kami menemukan sumber air dan kami menyempatkan meminum beberapa tegukan air disana, dan nggak jauh dari sumber air, nampak Pos 3 yang kelihatan samar-samar diselimuti kabut.
Sampai di Pos 3, kami disambut oleh teman-teman yang sudah menunggu kami. Dan kembali, kami menyulut beberapa batang rokok disana. Karena hari semakin siang, kami semua memaksakan menembus dinginnya suhu di gunung Lawu dengan jas hujan yang agak robek karena kena ranting pepohonan.