Teknologi komputasi 'awan' merupakan paradigma baru dalam penyediaan layanan komputasi yang memungkinkan akses cepat dan fleksibel terhadap sumber daya komputasi, penyimpanan, dan aplikasi melalui internet. Dalam model ini, data dan aplikasi tidak lagi terbatas pada perangkat keras fisik, melainkan diakses dan dikelola melalui infrastruktur yang terdistribusi secara global. Konsep ini membawa perubahan mendasar dalam cara perusahaan dan individu memandang dan menggunakan teknologi informasi.
Cloud computing telah meresapi kehidupan sehari-hari kita dengan berbagai layanan yang menyederhanakan cara kita menyimpan, mengelola, dan berbagi informasi. Contohnya, ketika kita menggunakan layanan penyimpanan file seperti Google Drive, Dropbox, atau OneDrive, data kita sebenarnya disimpan di server yang terhubung ke internet, memungkinkan kita mengaksesnya dari berbagai perangkat. Hal ini membuat proses penyimpanan dan berbagi file menjadi lebih praktis tanpa harus tergantung pada perangkat fisik.
Saat kita berinteraksi dengan email melalui layanan seperti Gmail, Yahoo Mail, atau Outlook, pesan dan lampiran disimpan di server cloud, memungkinkan kita untuk membuka email dari manapun selama terhubung dengan internet. Begitu juga dengan layanan media streaming seperti Spotify, Netflix, dan YouTube, di mana lagu, film, atau video yang kita nikmati sebenarnya disimpan di cloud, memberi kita kemampuan untuk mengakses hiburan tersebut tanpa harus menyimpannya di perangkat kita sendiri.
Aplikasi produktivitas seperti Google Docs atau Microsoft Office Online juga mengadopsi konsep cloud computing. Dokumen atau presentasi yang kita buat dapat disimpan secara online, memungkinkan kolaborasi secara real-time dengan orang lain. Bahkan, ketika kita bersosialisasi melalui platform media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter, data dan konten yang kita bagikan disimpan di server cloud penyedia layanan tersebut.
Namun, bagaimana sejarah awal mula cloud computing itu hingga seperti saat ini?
Cerita tentang cloud computing dimulai dari waktu yang sangat lama, sekitar tahun 1960-an. Saat itu, orang-orang mencoba ide baru yang disebut "time-sharing" melalui Remote Job Entry (RJE). Bayangkan seperti punya teman yang punya komputer besar, dan kita semua bisa mengirimkan pekerjaan kita padanya. Mereka menyebut tempat ini dengan istilah "pusat data," tempat operator akan menjalankan pekerjaan-pekerjaan itu di komputer besar yang disebut mainframe. Era ini merupakan masa eksplorasi dan eksperimen untuk membuat daya komputasi berskala besar tersedia bagi lebih banyak pengguna melalui time-sharing, mengoptimalkan infrastruktur, platform, dan aplikasi, serta meningkatkan efisiensi bagi pengguna akhir.
Penggunaan metafora "cloud (awan)" untuk menyatakan layanan virtual mulai muncul pada tahun 1994, digunakan oleh General Magic untuk menggambarkan "tempat-tempat" yang dapat diakses oleh agen mobile dalam lingkungan Telescript. Metafora ini dikaitkan dengan David Hoffman, seorang karyawan komunikasi di General Magic, berdasarkan penggunaannya yang telah lama dalam jaringan dan telekomunikasi. Istilah "cloud computing" menjadi lebih dikenal pada tahun 1996 ketika Compaq Computer Corporation menyusun rencana bisnis untuk komputasi dan internet masa depan.
Di tahun 2000-an, kita mulai melihat aplikasi cloud computing marak bermunculan. Amazon Web Services (AWS) diluncurkan pada tahun 2002, dan Google Docs versi beta hadir pada tahun 2006. NASA juga ikut berkontribusi dengan membuat perangkat lunak sumber terbuka untuk menggunakan cloud secara pribadi dan campuran pada tahun 2008.
Pada dekade berikutnya, banyak layanan cloud baru bermunculan. Pada tahun 2010, Microsoft merilis Microsoft Azure, dan Rackspace Hosting serta NASA memulai proyek perangkat lunak cloud sumber terbuka yang disebut OpenStack. Pada tahun 2011, IBM mengenalkan kerangka kerja bernama IBM SmartCloud, sementara Oracle mengumumkan Oracle Cloud pada tahun 2012. Kemudian, pada bulan Desember 2019, Amazon meluncurkan layanan bernama AWS Outposts. Layanan ini memperluas infrastruktur, layanan, serta alat AWS ke pusat data pelanggan, ruang co-location, atau fasilitas di tempat (on-premises). Jadi, semakin banyak kemudahan dan pilihan yang ditawarkan oleh teknologi cloud ini kepada kita.
Masa depan cloud computing menjanjikan perkembangan yang lebih lanjut dalam hal inovasi dan integrasi teknologi. Kita dapat mengantisipasi bahwa layanan cloud akan terus berkembang menjadi lebih canggih dan mendukung berbagai kebutuhan, mulai dari bisnis hingga kehidupan sehari-hari. Pertumbuhan teknologi ini diperkirakan akan memperluas kemampuan komputasi yang dapat diakses oleh pengguna, termasuk kecerdasan buatan (AI) yang semakin terintegrasi.
Keamanan data dan privasi pengguna juga diharapkan akan menjadi fokus utama, dengan adopsi teknologi enkripsi dan mekanisme keamanan tingkat tinggi. Selain itu, perkembangan dalam komputasi kuantum dan konektivitas jaringan yang semakin cepat dapat mengubah paradigma cloud computing, membuka peluang baru untuk inovasi dan layanan yang lebih efisien.
Dengan semakin banyaknya sektor yang mengadopsi cloud, termasuk industri kesehatan, pendidikan, dan manufaktur, masa depan cloud computing tampaknya akan menjadi fondasi digital yang kuat untuk kemajuan global di berbagai bidang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H