Mohon tunggu...
Agil Norkhair
Agil Norkhair Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi ULM

Seorang anak perantauan yang memiliki minat di bidang desain grafis dan menekuni konsentrasi periklanan. Senang beraktivitas dan berorganisasi untuk memberikan manfaat kepada masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Merubah Nilai Moral Demi Kepentingan Pasar (Sebuah Kritik Terkait Komunikasi Pemasaran dan Moralitas)

28 Maret 2021   14:57 Diperbarui: 2 April 2021   16:46 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar : https://p3i-pusat.com)

"Dari informasi pelaku, diketahui ada sejumlah 980 costumer yang memesan barang elektronik dari situs GrabToko, namun hanya 9 customer yang menerima barang pesanan. 9 barang yang dikirimkan kepada costumer itu ternyata dibeli di ITC oleh pelaku dengan harga normal", jelas Kasubdit II Dittipidsiber Bareskrim Polri KBP Adex Yudiswan, dalam keterangan resminya, Selasa (12/1/2021).

 (sumber : https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210112192234-37-215450/wah-bos-grab-toko-ngaku-tipu-980-konsumen-kerugian-rp-17-m)

Polisi memperkirakan kerugian dari aksi penipuan ini mencapai Rp 17 miliar dari pihak iklan dan pembeli. Pelaku juga disinyalir menginvestasikan uang hasil kejahatannya ke dalam bentuk mata uang digital.

 Dari kasus tersebut, Strategi Komunikasi pemasaran dapat memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat untuk melakukan pembelian. Sayangnya, strategi ini tidak hanya diterapkan oleh pihak produsen yang baik namun juga diterapkan oleh pihak yang tidak yang bertanggung jawab seperti kasus GrabToko ini. 

Dengan iklan yang menggiurkan, masyarakat menjadi konsumtif dan mengabaikan resiko serta tanda-tanda adanya penipuan. Hal ini tentunya memiliki dampak buruk bagi moral bangsa karena mudah terpengaruh oleh iklan yang beredar.

Pengaruh Iklan Terhadap Perilaku dan Moral

Komunikasi dalam media dapat sangat mempengaruhi sikap dan perilaku kita, secara langsung atau tidak kita menerima apa yang disampaikan oleh media dan kemudian menerapkannya. Media merefleksikan budaya moral yang ada pada masyarakat. Kitapun tidak dapat menghindari media dan pengaruh media pada kita dalam beberapa cara dari dampak baik maupun buruk

Iklan termasuk iklan Tv yang modern ternyata tidak selamanya dapat memberikan dampak positif. Maksud tujuan dari iklan televisipun tidak selamanya sesuai dengan persepsi yang ada dimasyarakat. Dalam membuat iklan para pengiklanpun harus dapat memperhatikan etika periklanan. Indonesiapun dikenal dengan Negara yang mengutamakan etika dan moral. Indonesiapun memiliki beragam suku bangsa yang memiliki etika dan kebudayaan serta kebiasaan yang berbeda-beda. Inilah yang menyebabkan iklan Tv harus memperhatikan dengan benar etika dalam iklan agar tidak menyinggung pihak manapun.

Beberapa iklan Indonesia dinilai bagus lucu dan kreatif. Banyak iklan yang dipakai untuk bahan tawaan dan bahan diskusi di antara masyarakat Indonesia. Namun, Jika diperhatikan iklan TV menunjukkan adanya kekuatan yang beda dalam membangun realitas sosial. Dimana iklan Tv memuat ulang ralitas sosial ke dalam inti pesan iklan dan hal ini dapat diubah oleh pengiklan. Pengiklan dapat saja membangun realitas soial yang baru misalnya dari gaya hidup, ekonomi, dan lingkunga sosial. Gaya hidup dapat digambarkan dengan kehidupan glamour, dari sisi ekonomi menunjukkan adanya kondisi Negara yang stabil dan dari lingkungan sosial digambarkan kehidupan yang individual dan modern. Hal ini tentu berbalik kenyataan kondisi Negara Indonesia sendiri.

Iklan yang mencoba mempengaruhi konsumen untuk terlihat cantik
Iklan yang mencoba mempengaruhi konsumen untuk terlihat cantik

Yasraf Amir Piliang seorang sarjana dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB mengatakan, “iklan televisi, media cetak dan pameran dagang kini tidak lagi sekadar wacana untuk mengkomunikasikan produk atau trend baru. Tetapi lebih berkembang menjadi bentuk tontonan massa. Maka wacana produksi dan konsumsi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, adalah sebuah teater konsumerisme. Dengan mal sebagai panggungnya, iklan sebagai media komunikasinya, konsumen sebagai aktornya dan gaya hidup sebagai temanya”.

Contoh dari kasus iklan yang menyimpang dari etika dan berusaha membentuk realitas baru dalam masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun