Pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia sebagai solusi untuk mengurangi polusi udara dan kemacetan merupakan konsep yang menarik namun perlu dipertimbangkan secara matang. Meskipun bertujuan baik dan relevan dalam konteks isu lingkungan, namun terdapat beberapa hal yang wajib dipertimbangkan.Â
Pertama, pembangunan sistem transportasi berbasis rel membutuhkan biaya yang fantastis. Di tengah situasi ekonomi yang carut marut serta terdapat prioritas pembangunan lainnya, penggunaan dana dalam menjalankan proyek ini akan berdampak signifikan pada keuangan negara. Ada pertanyaan mendasar yang harus terjawab, yaitu apakah penggunaan dana yang dikeluarkan akan sepadan dengan manfaat yang diperoleh?Â
Kedua, dalam membangun sistem transportasi berbasis rel membutuhkan waktu yang lama, mungkin bertahun-tahun, mencakup proses perizinan, desain, konstruksi, dan uji coba kelayakan dan lainnya hingga akhirnya sistem tersebut benar-benar dapat dijalankan. Selama masa pembangunan, penutupan jalan akan mengganggu lalu lintas dan memberikan rasa frustasi bagi masyarakat yang terdampak.Â
Ketiga, tidak semua wilayah dapat terjangkau oleh transportasi berbasis rel. kondisi geografis Indonesia yang beragam seperti struktur tanah yang tidak merata menyebabkan pembangunan jaringan rel yang merata di setiap kepulauan menjadi tugas yang sangat kompleks dan berbiaya besar.Â
Kemudian, apabila pemerataan tranportasi umum berbasis rel di Indonesia terealisasi, maka terdapat dampak buruk yang baru bagai lingkungan dan masyarakat yang menetap di sekitar jalur rel kereta api. Seperti yang kita ketahui bahwa kereta api mengeluarkan suara yang besar dan menimbulkan kebisingan yang cukup mengganggu. Suara kebisingan ini menimbulkan polusi udara yang cukup mengerikan sehingga memberikan dampak negatif bagi yang mendengarkan kebisingan tersebut dalam jangka waktu yang lama. Bisingnya suara kereta api akan mengganggu lingkungan serta memberi dampak negatif pada masyarakat.Â
Menurut Dino Rimantho (2015) kebisingan akan menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia yang terpapar. Gangguan ini dapat dikelompokan secara bertingkat, contohnya yaitu gangguan fisiologis. Individu yang terpapar bising, lebih-lebih bising yang terputus-putus atau bising yang datangnya secara tiba-tiba dan tak terduga akan menimbulkan beragam gangguan pada tubuh. Gangguan yang bisa timbul seperti, tekanan darah yang meningkat, meningkatnya denyut nadi, basa metabolisme, kontraksi pembuluh darah kecil, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris, serta mampu menurunkan kinerja otot. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Sunaryo (2021) yang menemukan fakta bahwa kebisingan yang dihasilkan suara kereta api yang melintas berpengaruh pada kenaikan denyut nadi seseorang yang terpapar kebisingan. Terakhir, ada penelitian Widyatmoko, dkk (2023) yang menemukan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh bising transportasi KA terhadap terjadinya gangguan pendengaran pada warga yang bermukim di sekitar perlintasan rel. terdapat 2 jenis gangguan pendengaran yang ditimbulkan akibat kebisingan yang berkepanjangan yaitu tuli sensorineural dan tuli konduktif. Terganggunya sistem pendengaran akan menggannggu kemampuan komunikasi sehingga aktivitas di lingkungan dapat memburuk.
Sebab itu, pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia dalam upaya mengatasi polusi dan kemacetan mempunyai dampak positif, namun juga mempunyai beragam tantangan yang harus dihadapi. Investasi finansial yang besar, waktu pembangunan yang lama, dan kondisi geografis, serta isu kesehatan merupakan beberapa hal yang mesti dipertimbangkan. Sebelum melaksanakan rencana besar ini, pemerintah wajib melakukan analisis secara mendalam dan konsultasi pada berbagai pihak terkait untuk memastikan bahwa mengatasi isu lingkungan dan transportasi menggunakan pilihan yang tepat dan terbaik.
Referensi :
Rimantho, D & Cahyadi, B. 2015. Analisis Kebisingan Terhadap Karyawan di Lingkungan Kerja Pada Beberapa Jenis Perusahaan. Jurnal Teknologi, 7(1), 21-27.Â
Sunaryo. (2021). Dampak Kebisingan Kereta Api Terhadap Kenaikan Denyut Nadi dan Gangguan Komunikasi pada Masyarakat. Trik: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, 11(3), 143-146.Â
Widyatmoko, dkk. (2023). Efek Polusi Bising Kereta Api Terhadap Pendengaran Penduduk di Pinggiran Rel Kelurahan Jodipan, Kota Malang, Jurnal Kedokteran Komunitas, 11(1), 1-11.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H