Begitu banyak azimat kau titipkan, mantra-mantra kurapalkan perlahan-lahan. Ingatan-ingatan bersambungan membentuk anyaman, layaknya burung syurga berkicau merdu bersahutan
Aku meringkuk ....
Pada tulang belakang menasbihkan doa setajam parang. Sudutku remang, Tuhanku benderang membakar angan mula gersang
Sabda-Mu ketentuan tanpa gugat, tugasku memahat yang hambat.
Wajah-wajah pucat kian sekarat, bertahan untuk sebuah hakikat
Bilakah bertunas?
Penantian di ajang pentas. Lunglaiku memaksa langit bersabda, atas gemuruhku kian memanas cemas, nahas ... tak berbalas
Sungguhku tak berdaulat. Sayap rapuh bermimpi mengarung jagat. Begitu banyak umpat, khianat, berkarat lipat
Gerombolan manusia frustasi memilih mati tanpa wangi kasturi ....
Satu-persatu berputus asa memutuskan Rahmat-Mu, melepaskan belenggu menuju lembah bermadu
Mencumbui keabadian bahagia semu penuh ikab, wangi gaharu berlalu merindu lupa kau tuju
Sorak-sorai riuh menertawaimu di balik jeruji, kepahitan dikecapi sendiri. Melegalisasi diri dalam sepi! Getir, depresi, santapan berhari tak berhenti.