Mohon tunggu...
Muhammad Sayidi Akbar
Muhammad Sayidi Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mama, mama, mama terussss

Hanya untuk bersenang-senang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Balas Dendam Terbaik itu Tidak Ada!

30 Juni 2024   12:15 Diperbarui: 30 Juni 2024   12:26 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data Pribadi Penulis

Ada banyak cara sembuh yang ku lakukan. Aku menyadari bahwa perempuan tidak hanya dia saja dan ada banyak hal yang bisa ku lakukan sebagai pelarian.  Bukan dengan narkoba ataupun minuman-minuman itu, tetapi sebatang rokok dan sedikit adegan mencari pundi-pundi. 

Ku perbaiki hubunganku dengan tuhan, karena jika bukan tuhan, lantas pada siapa lagi aku memperadukan dan menyerahkan sebaik-baiknya hajat dan keinginanku. Seperti halnya kapak algojo dan perawan vestal, dua hal ini tidak dapat disandingkan. Aku akan menahan semua luka yang dapat menjadi kapak algojo untuk sebuah perempuan layaknya perawan vestal itu.

Aku sadar aku sudah kehilangan banyak momen selama masa ini. Relasi, prestasi, dan experience tidak sebanyak para aktivis dan para kaum-kaum berprestasi itu. Aku telah membuat banyak keputusan dan pilihan. Tidak ada yang salah pilih, semua hanya tentang sebarapa kuat kita bertahan pada pilihan kita. Maka dari itu, mari selesaikan apa yang telah kita mulai. 

Aku tidak akan menambah kehilangan ini dengan sakit hati dan dendam. Prinsipnya hanya satu, membayar dan tetap berjalan sekuat, semampu, dan sewajarnya. Bila memang tuhan memanggil sebelum aku sendiri yang membuat ibuku tersenyum, setidaknya aku mati dalam berusaha dan berjalan mencari senyum ibuku yang telah lama disimpannya.

Kita harus bangkit teman! Jika bukan diri kita sendiri yang memulai, kita tidak akan menyaingi para tuan tanah, korporat dan borjuis itu. Lupakan semua dendam. 

Kita tidak mungkin menuruti dan membalaskan dendam-dendam itu dengan sebuah tujuan dan pencapaian. Jika iya, bukankah ketika semua tujuan dan pencapaian itu tercapai, kita hanyalah budak dari sebuah dendam dan bukan atas apa yang kita tujukan sesuai dengan keinginan dari lubuk yang paling dalam. Janganlah berusaha untuk seseorang yang bukan siapa-siapa dan bukan atas apa yang kita inginkan sendiri. 

Kuperingatkan! Jangan sampai kehilangan tujuan awal hanya untuk membuktikan kepada seseorang. Berhentilah mencari validasi atau pembuktian. Hidup yang damai dan tenang akan jauh lebih elok jika dilakukan atas dasar nurani dan dari lubuk hati kita yang paling dalam. Ketenangan diatas segala-galanya dan letaknya pada permohonan dan perlindungan pada tuhan yang maha esa.

Berjuang tidak semengerikan yang kita kira. Mencintai tidaklah seindah yang dibayangkan. Dendam tidak perlu kita bayar dengan pembuktian. Ada banyak jalan  menuju roma dan jika jalannya buntu tinggal putar balik. 

Tidak perlu bersusah payah memikirkan bagaimana ketenangan bisa kita capai. Bukankan orang mati masih dido'akan supaya tetap tenang?. Ada banyak jalan menuju roma, artinya masih banyak cara mencari ketenangan untuk tidak membayar sebuah dendam demi validasi. 

Kalaupun caranya buntu cobalah berpikir positif sembari bersyukur. Bersyukur yang baik bukan melihat masih banyak orang yang tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan. Bukankah itu bentuk dari sebuah kesombongan? Sebuah seni bersyukur yang paling indah adalah ketika kita terbangun dan masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara dunia cinta kasih ini untuk hidup dan melakukan aktivitas. Ketenanganpun berasal dari kegagalan-kegagalan. 

Anggaplah kegagalan itu adalah sebagai pelajaran dan kegagalan itu seminim dan sedikit mungkin. Jadilah pembelajar seumur hidup dan pelajarilah dan kuasailah satu bidang berkali-kali bukan seribu bidang tetapi hanya satu kali.                          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun