Mohon tunggu...
Ruang Mimpi Kak Ayid
Ruang Mimpi Kak Ayid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ruangmimpikakayid.wordpress.com

Sebuah ide jika tak segera dicatat hanya akan seperti pesawat yang melewati segitiga bermuda, Setelah menghilang sulit untuk ditemukan kembali. Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya. Bingung mau nulis apa biar penuh aja kolom Bio nya.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Pengaruh Sikap Empati Terhadap Transformasi Digital Indonesia

20 Agustus 2021   22:03 Diperbarui: 20 Agustus 2021   22:54 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.theasianparent.com

20/08/21 | Penulis : Sayidah Zulfa 

Berdasarkan survey data dari Internet World Stats yang di update pada 30 Juni 2021 ada lebih dari 212 juta jiwa atau 77 persen dari hampir 277 juta jiwa populasi yang tinggal di Indonesia merupakan pengguna internet. Tingginya persentase tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan pelaku usaha yang bergerak di bidang Internet dan Telekomunikasi untuk dapat meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat.

Masih mengacu pada sumber data yang ditampilkan dalam Internet World Stats, Indonesia memiliki wilayah seluas 1.904.443 KM dengan kondisi kontur geografis yang bermacam-macam. Pada hasil survey yang dilakukan oleh perusahaan asal Amerika Serikat, Ookla dalam situs penyedia pengujian kecepatan Internet bagi masyarakat di dunia yaitu Speedtest.com, situs tersebut telah memperoleh jutaan pengujian kecepatan Internet setiap harinya sehingga data yang diperoleh diklaim memiliki akurasi paling akurat dan komprehensif tentang kinerja, kualitas, dan aksesibilitas jaringan Internet di seluruh dunia.

Pada Juli 2021, hasil survey Speedtest.com mendapatkan Indonesia berada pada peringkat ke-110 dari 139 Negara kategori Mobile Broadband dengan rata-rata kecepatan download 21.35 Mbps, upload 12.29 Mbps, dan latensi 36 ms. Untuk kategori kecepatan Internet kabel yang memanfaatkan jaringan fiber optic (Fixed Broadband) Indonesia menduduki peringkat ke-119 dari 180 Negara dengan rata-rata kecepatan download 25,58 Mbps, upload 14,74 Mbps, dan Litensi 18 ms.

Mobile Broadband masih menjadi primadona yang paling sering digunakan oleh masyarakat kita. Survey yang dilakukan Ookla menjadi salah satu kesimpulan bahwa Indonesia memiliki akses Internet yang tergolong lambat. Mentri Kominfo, Johnny G Plate menyatakan ada empat fokus utama untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia.

"Peta Jalan Indonesia Digital yang pertama adalah percepatan infrastruktur untuk memperluas akses masyarakat terhadap internet. Kedua, mendorong adopsi teknologi. Ketiga, peningkatan talenta digital dan terakhir menyelesaikan regulasi pendukung yang bertujuan untuk menyiapkan masyarakat digital," paparnya dalam Program Prime Talk Metro TV "Peta Jalan Indonesia Digital", di Jakarta, Jumat (26/06/2021).

Ada beberapa kondisi di lapangan yang menjadi pertimbangan pokok pemerintah sehingga sampai saat ini pemerataan jaringan Internet di Indonesia masih belum optimal, yaitu :

1. Luas Wilayah dan Letak Geografis Indonesia

Indonesia memiliki wilayah terluas di kawasan Asia Tenggara dan peringkat ke-14 dengan wilayah terluas di dunia. Kontur geografis di Indonesia bermacam-macam, atas dasar keterangan ini maka untuk mengoptimalkan kualitas Internet Mobile Broadband diperlukan kesiapan Infrastruktur Telekomunikasi yang memadai seperti Ketersediaan spektrum frekuensi, pembangunan fiber optic, dan pembangunan Stasiun Pemancar Sinyal (Base Transceiver Station).

Upaya pemerintah guna memperluas pemerataan akses internet untuk seluruh lapisan masyarakat di seluruh cakupan wilayah indonesia terus dievaluasi secara berkala. Pada tahun ini pemerintah menargetkan pembangunan ribuan BTS melalui kerjasama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Sebanyak satu BTS untuk setiap desa yang termasuk wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). Pada tahun 2021 pembangunan BTS telah selesai di 4.200 desa dari 9.113 desa 3T. Pembangunan BTS lanjutan akan segera diselesaikan insyaallâh di tahun 2022 mendatang dengan fokus utama pemerataan jaringan 4G.

Pembangunan BTS berbasis Jaringan 4G di seluruh wilayah 3T oleh BAKTI dan non-3T oleh operator seluler diharapkan mampu menjadi solusi pemerintah agar Indonesia dapat menjadi bagian dinamika teknologi digital. Mengacu pada survey data Ookla dengan judul tabel "Asia Internet Use, Population Statistics Data, And Facebook Data, Mid-Year 2021" ada sekitar 64 juta penduduk Indonesia bukan pengguna internet. Pada tahun 2018 BAKTI mengungkapkan 11 persen wilayah Indonesia masih mengalami blank spot seluler atau belum tercover jaringan Internet.

2. Ketersediaan Spektrum Frekuensi

Lower band pada pita frekuensi 700 MHz merupakan Spektrum kunci agar layanan mobile broadband di Indonesia dapat segera merata. Keunggulan dari Spektrum Frekuensi 700 MHz yang saat ini dipergunakan untuk keperluan siaran TV analog sebesar 328 MHz memungkinkan untuk melakukan pembangunan BTS 4G yang lebih sedikit karena lower band memiliki jangkauan sinyal elektromagnetik yang lebih luas untuk ditangkap oleh perangkat seluler. Maka solusi untuk mengikuti dinamika teknologi yang lebih canggih adalah dengan melakukan Analog Switch Off agar penggunaan spektrum frekuensi di pita 700 MHz menjadi lebih efisien.

Di samping manfaat siaran TV digital yang jauh lebih unggul, canggih, dan berkualitas dibandingkan siaran TV analog. Peralihan ini juga menjadi salah satu bentuk rasa simpati dan empati kita terhadap kondisi bangsa yang sebagian wilayahnya belum tercover oleh jaringan Internet.

3. Kesadaran Bersama Untuk Mempercepat Perkembangan Teknologi Digital

Berdasarkan pengamatan pribadi di sekitar saya, saat ini mayoritas pengguna internet aktif didominasi oleh Generasi Alpha, Generasi Z, dan Generasi Milenial. Ketua Umum APJII Jamalul Izza menegaskan persoalan regulasi sama pentingnya dengan pembangunan infrastruktur fisik.

"Ini seperti yang ditegaskan Presiden Joko Widodo bahwa sekarang itu data is the new oil," ucap Pak Jamal.

Badan Pusat Statistik (BPS) yang bekerja sama Administrasi Kependudukan (Adminduk) dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah merilis hasil sensus penduduk pada tahun 2020 yang menyatakan penduduk Indonesia sebanyak hampir 15,5 juta jiwa merupakan Generasi Alpha (lahir per awal 2010), lebih dari 4 juta jiwa merupakan Generasi Baby Boomber (lahir 1946-1968), dan lebih dari 5 juta jiwa merupakan Generasi Pre Boomber (lahir sebelum 1946).

Jika mengacu pada data Ookla 2021 dan data BPS 2020 sebanyak 64 juta jiwa penduduk Indonesia belum tercover jaringan Internet. Dengan demikian Generasi Pre Boomber dan Generasi Baby Boomber sebanyak hampir 9 juta jiwa pada rentang usia 70 tahun ke atas tidak mengakses jaringan Internet dan Generasi Alpha sebanyak 4 juta jiwa pada rentang usia 6 bulan sampai 11 tahun termasuk pengguna internet. Dari akumulasi data di atas ada sebanyak 10 juta jiwa bukan internet use karena faktor usia yang masih sangat kecil dan usia yang sudah udzur. Sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi pengguna internet.

Dari 64 juta jiwa yang bukan internet use ada sebanyak 54 juta jiwa yang belum dapat mengakses Internet karena faktor wilayah yang masih blank spot seluler atau termasuk wilayah 3T karena ketersediaan infrastruktur fisik seperti pembangunan BTS dan fiber optic belum terfasilitasi.

Dengan beralihnya siaran TV analog ke TV digital pada tahun 2022 akan sangat berdampak positif bagi transformasi telekomunikasi dan Transformasi digital Indonesia. Mari kita saling berkolaborasi untuk turut memajukan perekonomian bangsa dan negara Indonesia melalui migrasi TV digital. Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun