Pada tanggal 21 September besok akan dilangsungkan perayaan Hari Perdamaian internasional. Namun melihat banyaknya konflik yang masih terjadi di penjuru global, khususnya setelah covid-19 terjadi antara Rusia-Ukraina, Israel-Palestina, maupun konflik perang saudara yang terjadi di penjuru Asia dan Afrika, serta memanasnya konflik di Amerika Selatan. Tentu pengertian awal dari hari perayaan tersebut tidak sesuai dengan realita konflik penjuru global terjadi saat ini. Oleh sebab itu, akan dibahas sejarah dan dampak praktik dari hari perayaan perdamaian internasional pada konflik internasional.Â
SejarahÂ
Pertama kali Hari Perdamaian Internasional ditetapkan oleh rapat umum PBB di tahun 1981 untuk tujuan memperingati dan menguatkan harapan dan ideal dari perdamaian dari dan diantaranya negara dan masyarakat. Dimana sejak tahun 2001 peringatan tersebut ditetapkan pada tanggal 21 September setiap tahunnya. Pada dasarnya hari peringatan ini adalah simbolisme untuk tujuan perdamaian dan meredam konflik internasional yang sering terjadi.Â
Di tahun 2005 di masa Sekertaris Jendral PBB saat itu Kofi Annan, tema saat itu dinamai dengan panggilan gencatan senjata dan tanpa kekerasan selam 22 jam di seluruh dunia pada hari perayaan tersebut. Di tahun 2007, seruan untuk mengheningkan cipta di seluruh dunia. Dan pada tahun selanjutnya adalah dengan tema peringatan  pada isu sosial dan  hak dasar manusia berdasarkan piagam PBB, jika merujuk pada wikipedia.
Peringatan di tahun 2024
Menurut Sekertaris Jendral PBB saat ini yaitu Antonio Guterres di pertemuan persiapan perayaan Hari Perdamaian Internasional pada 13 September lalu, bahwa konflik global perlu adanya perubahan dan perbaikan di masa mendatang. Mengutip dari un.org
"Perang sedang bergejolak. Dari TImur Tengah, ke Sudan, Ukraina, dan banyak lagi, ... Sementara itu, dasar dari sebuah perdamaian dunia sudah retak. ... Institusi internasional harus lebih baik dalam memposisikan untuk merespon. Dan kita memiliki kesempatan untuk berubah..."
Rencana PBB Kedepan
Guteres menyatakan pada pertemuan 13 September lalu bahwa perlu adanya investasi pendidikan terhadap generasi baru dan juga pencegahan dari tekanan konflik geo-politik yang semakin memanas. Di masa mendatang PBB akan melaksanakan pertemuan untuk penetapan Pakta Untuk Masa depan, dimana menurutnya banyak negara yang masih Â
“Dekat ini, kita harus menumbuhkan budaya untuk perdamaian", menurutnya itu adalah seruannya sebagai bagian dari PBB. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H