Seumpama begini, baru lulus SMA masih jongos gak modal ingin menggapai dambaan seorang primadona. Walaupun kadang (belum tentu, hayal dulu  bak di sinetron) primadonanya juga legan/jomblo dan mungkin juga sebenarnya tidak pilih kasih speknya . Itu bisa dipastikan halusinasi dan minoritas yang beruntung saja yang menemukannya karena bejo bisa diterima apa adanya. Tapi, tentu hal dungu seperti itu hanya terjadi pada hal fiksi semata, kapitalis itu juga terjadi pada perdagangan perjodohan, dan semoga ini cukup memberikan gambaran keresahan dalam bentuk bualan.
       Selanjutnya, orang tua kaya dan bak artis itu adalah warisan materialis yang sebenarnya diharapkan dan diirikan oleh kami oh para pemirsa pembaca. Tidak mungkin glowing tanpa modal, tidak mungkin sugih dan gagah tanpa kuliyah, dan pastinya kelihatan hebat tanpa plecit itu bisa dibilang sulit. Seandainya semua seperti yang kita harapkan, pasar itu pasti gak ada, dan masalah ini bisa diselesaikan tanpa hambatan yang sebenarnya lumayan menggangu. Tidaklah terlalu sering datang sih ilusinya tapi jelas kadang lelah menyapa datanglah itu halu.
       Sebelah Sebenernya Juga Sama, Cuman Takut Lama Gak Laku Saja
       Mengimbangi narasi sambat kelas tinggi ini ada baiknya menjelaskan juga apa yang diharapkan gadis muda itu di zaman ini. Pengalaman pribadi melihat kakak-kakak cantik di sekitar, mereka sebenernya ingin mandiri juga dan memiliki ekspektasi yang tinggi bukan karena orang lain, ya kembali karena mimpi. Wanita itu bukanlah dibawah laki-laki yang keseluruhan minta untuk dikasih semuanya dalam hal materiil di zaman ini, mereka juga memiliki ambisi untuk membiayai keinginannya sendiri. Komitmen untuk menjalin hubungan dan ekpektasi untuk menikah sebenarnya adalah kuliyah yang bisa diusahakan kedua belah pihak dengan susah payah, tapi kembali lagi realita saat berkeluarga modal adalah utama. Masalah ekonomi dari orang tua maupun tetangga yang terlihat di kabar burung adalah hal yang sebenarnya ingin dihindari.
       Soal ada yang terima apa adanya dari gadis terhadap laki-laki muda sebernya juga bukan hal halu dan bohong. Kalau kita melihat realita yang terjadi, rata-rata setiap orang mencari jodoh selarad dengan taraf pendidikan dan ekonomi yang linear, kesadaran itu dua arah jadinya. Tidak terlalu sulit untuk dimengerti, tau diri adalah modal zaman ini, apalagi jika mencoba mendekati yang speknya lebih tinggi, terutama kalok orangnya pernah sekolah tinggi itu omongannya ya ngelantur kayak gini. Hubungan kekeluargaan itu juga sebenernya tidak hanya dua orang saja, itu urusan clan/trah/sanad sejak zaman voc atau nabi Adam, semuanya masalah serupa hanya terulang cuman barangnya beda yang harus dipenuhi sepanjang berkembangan zaman yang selalu berganti.
       Penutup: Menyelesaikan Masalah Tanpa Solusi
       Intinya-inti, core of the core, solusi yang ditawarkan untuk menyesaikan masalah dari penulis yang sambatnya memalukan ini. Ayo sama-sama berusaha memenuhi ekspektasi dari lawan kenalan, tapi ya usahanya harus bareng dan mau menunggu untuk mengusahakan jika memang belum tercapai. Kalok salah satu gak niat jelas mungkin beda minat, atau sulit untuk lanjut karena salah satu dah kebelet dan jalannya memang lelet. Yah itu saja, jangan dianggap terlalu serius, ini cuman hiburan semata. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H