Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Soal Apresiasi Karya, Belajarlah dari Ahmad Dhani

11 Oktober 2024   20:45 Diperbarui: 11 Oktober 2024   23:52 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa kesanmu tentang Ahmad Dhani? Kalau saya bilang pentolan Dewa 19 ini sebagai sebagai sosok yang arogan, sombong, dan sekawannya, mungkin tak sedikit yang mengangguk. Tetapi kalau saya sebut Dhani adalah salah satu musisi paling jenius yang dimiliki Indonesia, pun saya yakin banyak yang mengamini.

Ya, di luar watak bawaannya yang sering dianggap miring, Dhani adalah sedikit dari musisi Indonesia dengan bakat dan keahlian yang kumplit; sebagai pencipta lagu, arranger, produser, dan bahkan singer juga kan.

Saat pandemi membuat banyak musisi dan penampil mati kutu, Dewa 19 di bawah sentuhan Dhani justru menjadi band paling aktif tampil, meski secara daring. Yang jelas, rezeki mereka tak benar-benar mati, ide-ide kreatif Dhani nyatanya laku di kalangan sponsor.

Nah, yang mungkin jarang disadari banyak orang dari sikap Ahmad Dhani adalah apresiasinya terhadap sebuah karya. Dia selalu jujur musisi mana yang meng-influence lagu ini dan lagu itu, atau bahkan album.

Dia juga mungkin salah satu musisi pionir yang mau sedikit ribet membeli copy right lagu-lagu musisi Barat, dari yang kurang terkenal sampai super bonafit macam Queen, untuk dia aransemen ulang dengan legal. Lagu "Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada" yang ia bawakan bersama Chrisye misalnya, Dhani secara jujur menyebut ia beli lisensinya dari Stephen Simmonds, musisi asal Swedia.

Bahkan, pernah juga Dhani membeli lagu seorang musisi jalanan saat jadi juri Indonesian Idol. Dia bayar 5 juta untuk diaransemen versi dia menjadi lebih nge-rock.

Nah, soal penghargaan terhadap karya ini memang teramat penting, dan di sinilah Dhani menempati posisi terhormat. Ingat dong, pas doi lagi ramai-ramainya terlibat konfrontasi dengan salah satu eks vokalis Dewa 19. Kalau yang bawain lagu ciptaan dia cuma penyanyi kafe dengan bayaran kecil, ya tak masalah. Tapi kalau yang bawaian penyanyi caliber nasional di event konser, sudah sewajarnya performance right ini perlu ditegaskan. Kurang lebih begitu pendapat Pakde.

Menghargai karya ini tentu bukan hanya di dunia music dong, di dunia kepenulisan juga masih sering kita dengar kisah-kisah pilu di sekitar minimnya apresiasi terhadap para penulis yang telah membantu mencerdaskan bangsa. Kalau dulu banyak kaset dan CD bajakan, buku pun sama.

Lha itu yang professional, bagaimana dengan penulis pemula atau yang amatir seperti ogud? Mungkin tak menjadi perhatian orang, tetapi yang pasti kita-kita orang juga sakit hati lho kalau karya kita dijiplak, copy paste, tanpa rasa malu.

Mungkin ini yang sering disebut mencuri kredit bagi sang penjiplak. Bukan karya dia, tapi dipamerin dan ia dapat pujian. Bisa juga disebut pencuri pujian.

Kalau kalian menemukan sebuah tulisan bagus di postingan facebook misalnya, lalu meng-copy paste nya untuk kamu posting karena ngrasa ini tulisan relate banget sama nasibmu, impianmu, dll. Ya gak masalah kali ya, asal syaratnya satu: sebut sumbernya atau kredit untuk penulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun