Padahal mereka juga sempat mendesak SBY untuk mundur dari jabatan sebagai Presiden RI. Ketika membuat tulisan ini, penulis juga baru menginsafi bahwa sosok Din Syamsuddin yang vokal terhadap pemerintah bukanlah hal baru. Itu imbuhan saja.
Berikutnya, siapa tak ingat dengan kasus skandal Bank Century yang selama beberapa waktu sempat menyita berita politik di berbagai media. Banyak episode menarik dari kasus ini, dari hebohnya buku "Membongkar Gurita Cikeas", Pansus Angket Bank Century di DPR RI, hingga nasib Sri Mulyani.Â
Tetapi yang menarik adalah bagaimana Pansus Century ini justru diinisiasi oleh para politisi yang tergabung di parpol koalisi  Pemerintahan SBY. Sebut saja salah satu yang paling aktif adalah Bambang Soesatyo (Fraksi Partai Golkar), lalu Mukhammad Misbachun (Fraksi PKS). Unik bukan?Â
Terlepas dari motif dan bargaining politik yang mungkin sedang dimainkan parpol anggota koalisi, kesimpulannya satu: manufer para rekan koalisi Demokrat itu adalah sesuatu yang lebih keras dari kritik, karena bisa saja muaranya pada pemakzulan SBY dari kursi kepresidenan.
Begitu halnya dengan buku "Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century" karya George Junus Aditjondro yang menurut saya tidak direspon secara membabi buta oleh alat-alat kekuasaan.Â
Bahkan menariknya lagi, muncul buku tandingan, yakni "Hanya Fitnah & Cari Sensasi, George Revisi Buku" karya Setyardi Negara serta buku "Cikeas Menjawab" karangan Garda Maeswara. Menjawab buku dengan buku adalah sebuah tradisi yang sehat dan keren, sebuah demokrasi yang bermartabat. Setidaknya itulah pandangan pribadi penulis.
Kurang lebih begitulah ulasan singkat soal mengenang SBY, mengenang dua dekade Partai Demokrat. Tidak perlu kesimpulan, hanya penegas saja. Bahwa insiden mural yang sempat viral itu adalah peristiwa politik, sebuah fragmen kecil demokrasi. Tetapi sekali lagi saya tidak ingin menanggapi, karena mendadak saya kangen mengkritik SBY.Â
Pesan moralnya; mari menjaga tradisi kritik sebagai wujud kepedulian kita terhadap realitas sosial, sekaligus rasa sayang kita kepada para pemangku kebijakan, karena dengan kritik pula kita ingin menjaga dan menyelamatkan demokrasi. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H