Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Having or Being, Gontor dan Puasa Ramadhan

21 Maret 2021   15:29 Diperbarui: 21 Maret 2021   15:40 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pai.unida.gontor.ac.id

Lantas, apa kaitan modus Having or Being ini dengan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo? Penulis sendiri bukan alumni Gontor, hanya mengenal lewat beberapa kawan yang kebetulan alumninya. Sebagai pesantren dengan sistem pendidikan modern, Gontor telah menorehkan cerita sukses dan kiprah yang mengagumkan. 

Pertama, pondok dengan riwayat perjalanan panjang ini sempat timbul tenggelam, tetapi ketika akhirnya menemukan formula sistem pendidikan terbaiknya dan teruji beberapa tahun (mapan), para pemiliknya justru memilih mewakafkannya ke umat, sehingga terhitung sejak 1958 Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) resmi dikelola oleh badan wakaf. Sebuah pengorbanan yang amat besar dari Tirumurti Pimpinan Gontor saat itu. Alih-alih menjadikan Gontor yang besar itu sebagai aset keluarga, mereka memilih mendermakannya menjadi aset umat.

Dengan komitmen tersebut, para pemiliknya justru ingin agar Gontor terus menyebar mengepakkan sayapnya di seluruh pelosok nusantara dan mungkin dunia, sebagaimana selama ratusan tahun dicontohkan oleh Universitas Al-Azhar Kairo. 

Saat ini, Gontor telah melahirkan puluhan ribu alumni yang tersebar di seantero Indonesia, bahkan sebagian berkiprah di dunia. Para alumninya juga dikenal berkarakter khas Gontor, berwawasan ilmu tinggi (baik dari khazanah klasik Islam maupun modern), tetapi berpenampilan modern dengan stelan jasa yang necis. 

Tahun 2016 saja jumlah pondok alumni Gontor di Indonesia sudah mencapai angka 350 lembaga, dari yang kecil sampai dengan bersantri ribuan. Semua mengadopsi kurikulum khas Gontor, yakni Kulliyatul Mu'allimin/Mu'allimat al-Islamiyah (KMI), sebuah kurikulum pendidikan setingkat SMP dan SMA.

Di Kabupaten Batang, juga berdiri Pondok Modern  Tazakka sejak sekitar tahun 2009.  Pondok ini juga awalnya Yayasan milik keluarga, tetapi kemudian dikelola dengan sistem wakaf oleh tiga kakak beradik alumni Gontor, yakni Anang Rikza Mayshadi, Anizar Masyhadi, dan Anisia Kumala Masyhadi, mereka juga alumni Al-Azhar Kairo. Meski sebagai pondok modern relatif baru, namun kiprah mereka cukup sukses, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga dunia. Dan mereka sangat bangga dengan Gontornya.

Itulah jejak nyata dari Gontor, bahwa selain keputusan para pemimpinnya untuk mewakafkan aset pondok, mereka pun membiarkan para alumninya bertumbuh menjadi besar di luar. Tetapi hebatnya, sebesar dan semaju apapun pondok alumni, mereka tetap sangat bangga dengan almamaternya dan semua berafiliasi ke Gontor. 

Menurut penulis, inilah salah satu perwujudan dari to be, sebuah modus eksistensial untuk memberi dan berbagi serta berkurban, dengan meminimalkan hasrat memiliki dan menguasai untuk kepuasan para pemiliknya. Dan betapa berbahagianya para perintis dan pendiri Gontor dulu, mereka memang telah tiada, tetapi investasi kebaikan (jariyah) nya insya Allah terus mengaliri mereka di alam baqa.


Pendidikan Ramadhan

Soal hasrat memiliki dan menguasai (having) sebetulnya bagian dari naluriah yang melekat inherent dalam penciptaan manusia (futrah). Bahwa selain dibekali piranti bernalar (akal budi), manusia juga diberikan perangkat nafsu (personal desire). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun