Dalam hal ini, halal bi halal justru memberi ruang bagaimana sikap maaf-memaafkan menjadi hal yang lazim dan bahkan diekspresikan secara massal. Halal bi halal karenanya bernilai mahal karena menjadi momentum rekonsiliasi sosial yang alamiah antar sesama muslim. Bayangkan jika semangat maaf-memaafkan ini diaktualisasikan dalam sehari-hari, maka betapa damainya kehidupan sosial kita.
Maka melalui momentum halal bi halal pula, ruang-ruang kebangsaan kita yang sempat merongga karena kontestasi politik semestinya bisa direhabilitasi. Syawal harus menjadi momentum mengguyubkan kembali relasi sosial antar kita yang sempat diwarnai ketegangan-ketegangan psikologis. Kepada para elit bangsa, inilah momentum nan mahal bagi mengikhtiarkan rekonsiliasi sosial, rekonsilitasi politik nasional secara alamiah, tanpa harus dibayangi narasi-narasi politis yang justru kian meronggakan luka.
Tetapi kalau harapan besar ini akhirnya terwujud, komitmen itu juga dituntut dari para pemuja dan pendukungnya. Dari kelompok hore sampai intelektual partisan, mampukah mereka menahan diri dari gatalnya menyinyiri yang berbeda haluan? Semoga. []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI