UNGKAPAN berbuka dengan yang manis memang populer di kalangan umat Islam saat Bulan Ramadhan. Namun, jejak periwayatan pesan itu ternyata tak sampai ke Nabi Muhammad Saw. Dengan demikian, ungkapan berbukalah dengan yang manis pertama-tama haruslah dinyatakan sebagai bukan hadits.
Kuat dugaan, anjuran itu terkait dengan hadits lainnya ihwal cara Nabi berbuka puasa.
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air" Â (HR. Ahmad, Abu Dawud, sanadnya shahih)
Karena ini perilaku Nabi Saw, maka mengikuti polanya adalah sunah. Urutan prioritasnya, yakni mendahulukan berbuka dengan kurma basah atau ruthab. Jika tak ada, maka opsi kedua adalah kurma kering (tamr) dan kalau inipun tak ada, berbukalah dengan air putih.
Menariknya, kenapa Nabi mencontohkan kurma basah, lalu kurma kering, dan atau air putih? Sebagai kaum yang meyakini bahwa tuntunan apapun yang bersumber dari Sang Pencipta pastilah baik dan tak mungkin mencelakakan makhluknya, tidak ada salahnya kita cari tahu sedikit, ada apa dengan kurma dan air putih, sehingga penting bagi orang yang berbuka puasa.
Tentu saja, pikiran kita sudah bisa menerka, bahwa setelah seharian menjalani puasa, tubuh kita tentu kekurangan cairan dan gula. Nah, kurma basah yang diprioritaskan Nabi ternyata menjawab kebutuhan itu. Mengutip ulasan Tirto.Id, rasa manis dari kurma memang karena kandungan gulanya yang tinggi.
Uniknya, berbeda dengan kandungan gula pada sumber makanan lain, gula dalam kurma bisa langsung diserap oleh tubuh. Â Kandungan gulanya, fruktosa namanya, berbeda dengan kandungan gula dalam makanan yang lain yang harus diuraikan terlebih dahulu sebelum diserap tubuh. Fruktosa bisa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan, untuk kemudian dikirim ke seluruh tubuh, khususnya ke organ-organ inti seperti otak, saraf, sel darah merah, dan sel pembersih tulang.
Menariknya lagi, masih menurut ulasan Tirto, sesuai hasil penelitian, kandungan gula pada kurma ternyata tidak membahayakan pengidap Diabetus Melitus, sejauh konsumsinya dalam batas wajar.
Kurma juga punya nilai indeks glikemik yang relatif rendah. Indeks glikemik, menurut profesor Ilmu Nutrisi di University of Toronto Canada David J.A. Jenkins, digunakan sebagai dasar yang pasti dalam menentukan respons glukosa darah tubuh. Bahan makanan dikatakan rendah jika mempunyai indeks glikemik kurang dari 55, sedangkan kurma basah sendiri mempunyai indeks glikemik sebesar 46. []