Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa, tentang Intimnya Hamba dengan Tuhannya

15 Mei 2019   23:52 Diperbarui: 15 Mei 2019   23:56 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uniknya lagi, masih dalam ayat rangkaian puasa, Allah juga menyinggung soal kedekatan dengan hamba-Nya.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al Baqoroh: 186).

Maka ibadah puasa sejatinya menjadi ruang keintiman hamba dengan Tuhannya. Kedekatan inilah yang akan melahirkan kualitas tertinggi yang dituju puasa, yakni taqwa, sebuah kualitas untuk menghadirkan Allah kapan dan di manapun. Dia selalu menghadirkan Tuhan, baik saat di masjid, di rumah, di tempat kerja, di jalanan, Allahlah yang terkenang. Maka tutur dan laku yang hadir hendaklah yang sesuai tuntunan Tuhan.

Kenapa? Karena seperti kata Nabi Saw, kualitas iman seorang hamba tak pernah stabil, pasti pasang surut. Di masjid mungkin dia mengingat Allah, tetapi begitu hendak pulang sendalnya hilang, dia mengumpat dan menyumpahi pencurinya agar terkena azab. Saat itu, Tuhan sedang hilang dari dirinya.

Siapa yang berpuasa dengan baik, mendidik nafsunya dengan optimal, dia akan dekat dengan Tuhannya. Dan dari kedekatan itulah manusia semestinya meraih kebahagiaan. Kapan orang berpuasa bahagia, pertama saat berbuka. Bahwa dengan segelas teh dan satu potong gorengan, dia sudah bahagia. Nafsulah yang menuntunnya ingin membeli segala dan memenuhi meja makan saat berbuka. Meski semua itu beum tentu termakan.

Kebahagiaan kedua dan inilah puncak dari kedekatan sejati seorang hamba, tak lain saat berjumpa dengan Tuhannya kelak. Itulah puncak dari keindahan dan kebahagiaan yang tak terbayangkan. 

Dekat tak melulu terkait dengan jarak physically. Seorang perempuan yang merindukan kekasihnya nun jauh di sana, maka keramaian di depannya serasa menjauh. Karena yang sedang intim di hatinya adalah lelaki di seberang sana. Wallahu a'lam. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun