Di lautan, cemaran sampah plastik mencapai angka 10 hingga 20 juta ton pertahunnya. Hasil sebuah studi juga menyebutkan perkiraan jumlah sampah plastic yang mengapung di lautan saat ini mencapai 5 triliun partikel dengan berat 268.940 ton. Pencemaran itu telah menyebabkan kerusakan ekosistem laut.
Ironisnya, Indonesia ada dalam daftar pemasok sampah plastik ke laut terbesar dunia. Setiap tahun, lebih dari 3 juta ton plastik dikirim ke lautan, menjadikan Indonesia sebagai Negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua, hanya kalah dari China. Artinya, Indonesia sudah darurat sampah plastik, kenyataan yang juga diamini pemerintah.
Sayangnya, ikhtiar membangun kesadaran lingkungan, bukanlah pekerjaan mudah. Butuh waktu, butuh proses. Maka mustahil membebankan tanggung jawab itu hanya kepada pemerintah. Ini problem kolektif yang penananganannya harus dikeroyok secara berjamaah. Kalangan agama menjadi salah satunya. Setelah kesalehan sosial, kesalehan lingkungan juga harus terus dikampanyekan di mimbar-mimbar dakwah. Bangun dulu narasi besarnya melalui konsep kesalehan lingkungan yang berpijak pada peran dan tugas manusia sebagai pemakmur bumi.
Selanjutnya, lembaga-lembaga agama, seperti MUI, ormas Islam, dan ormas agama lain sudah saatnya menerbitkan fatwa-fatwa hukum tentang lingkungan. Yang ketiga, buatlah gerakan-gerakan aksi nyata, sekecil apapun itu, tetapi terus dijaga konsistensinya. Bila perlu, buatlah pilot project penanganan sampah plastik di sekolah-sekolah dan pondok pesantren.
Sebagai penjaga bumi, setiap umat beragama sudah semestinya memiliki komitmen untuk menyelamatkan planet ini dari kerusakan yang semakin eksplosif. Setiap orang tua, didiklah anak-anak dengan keteladanan tentang bagaimana merawat lingkungan, bagaimana memperlakukan sampah, termasuk plastik. Jangan biarkan anak-anak kita membuang plastik seenaknya di tengah jalan, di sungai atau di pantai.
Miris setiap kali melihat sampah plastik tiba-tiba terlempar dari kaca mobil. Mari kurangi sampah plastik dari sumbernya. Jika ke warung atau minimarket, barang yang dibeli masih sanggup dibawa tangan, tak usahlah minta kantong plastik. Mari berpikir untuk masa depan planet biru, masa depan anak-anak cucu kita kelak. Sejak moderinisme digulirkan, manusia sudah sedemikian banyak berkontribusi atas rusaknya lingkungan, maka jangan diperpanjang. Karena bumi yang tak dikelola dengan baik akan menjelma menjadi bencana bagi penghuninya.
"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar Ruum:41)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H