Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sang Peracik Kopi

25 April 2018   20:52 Diperbarui: 26 April 2018   08:54 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah sejak kapan aku mencandu kopi. Sudah lama sekali rasanya. Di kampung kelahiranku, kopi mungkin menjadi minuman kedua. Karena mereka punya tradisi ngeteh, moci. Tapi aku adalah perkecualian, anak Slawi yang beberapa kali merasakan mual tak tertahankan karena menenggak teh.

Aku ingat. Dulu sekali, saat belum mengenyam bangku sekolah. Aku sering ngemix kopi dan gula seukuran setengah gelas kecil. Aku aduk sampai benar-benar kedua material itu bersenyawa. Setelah itu, tidak ada siraman air panas. Ya, hasil racikan tadi aku jadikan cemilan, bekal main di sungai atau ladang.

Entah terhubung atau tidak, kelak saat ngekos kuliah, aku dipercaya kawan-kawan seangkatan untuk meracik kopi tubruk setiap ada kumpul-kumpul di koskosan. Bedanya, tentu dengan air panas. Mereka lantas memanggilku "Sang Peracik Kopi". Kopi racikanku memang tak sepahit black coffee nya orang londo yg without sugar. Tapi percayalah, untuk ukuran gelas jumbo, percampuran kopi dan gula itu memenuhi nyaris sepertiga isi gelas. 

Pun jangan harap berimbang, karena komposisi kopi yg dua kali lipat dari gula. Soal racikan ini, aku pernah berdebat kusir dengan temanku yang pecandu kopi sachet. Dia bilang, racikan pabriklah yang paling pas mengkombinasikan pahit dan manis.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun