Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"I Wanna be a President"

15 April 2018   20:20 Diperbarui: 15 April 2018   20:27 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KESUKSESAN, kata orang bijak, adalah hasil dari sebuah proses. Sukses tidak jatuh dari dari langit, tetapi ia harus diimpikan, diupayakan, diikhtiarkan, disungguh-sungguhkan, dan bahkan dipintakan pada Allah SWT.

Maka, tidak ada kesuksesan yang datang tiba-tiba. Tanpa usaha. Ingat sosok Harry Potter, bukan? Dia tidak mendadak mahir ilmu sihir, tidak sim salabim aba kadabra. Harry harus jatuh bangun belajar melafalkan mantra-mantra, berulang menjajal sapu terbang, dan telaten mengayun-ayunkan tongkatnya, sebelum berkembang sebagai siswa Hogwarts School yang disegani.

Ini bukan soal ilmu sihir, bukan ilmu sulap, tetapi tentang bagaimana ilmu sihir dan sulap sendiri tidak diperoleh dengan tiba-tiba, melainkan melalui proses yang tidak mudah. Kisah Harry hanyalah contoh bahwa untuk menjadi sukses, untuk menjadi besar dan hebat, siapapun harus memperjuangkannya. Sukses itu mesti dijemput dan dipersiapkan. Ada orang-orang yang punya segala yang dibutuhkan untuk sukses tetapi ternyata hidupnya tak sukses. Kenapa, karena potensi kesuksesan itu tidak diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.

Hari ini kita hanyalah sekumpulan anak-anak yang belum memiliki gambaran apapun tentang menjadi pemimpin. Tetapi yakinlah, bahwa kita yang masih imut ini 25 tahun ke depan akan menjadi generasi yang mewarnai negeri ini. Kita hari ini adalah pemimpin di masa depan.

Lantas, bagaimana mewujudkan jalan kesuksesan menjadi pemimpin itu? Kuncinya, tentu saja, adalah mempersiapkan jalan kesuksesan itu sehingga pada saatnya kelak, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia atau bahkan dunia akan meminta kita tampil sebagai pemimpin.

Mari belajar dari Kim Dae Jung, seorang anak miskin Korea yang menuliskan cita-cita besarnya di tembok kamarnya: I WANNA BE A PRESIDENT. Kalimat itulah yang selalu dia pandangi setiap menjelang dan bangun tidur, mengingatkan dirinya tentang cita-cita menjadi pemimpin Korea di masa mendatang. Benar saja, tepat di tahun 1998, Kim berhasil mewujudkan cita-citanya setelah terpilih sebagai Presiden Korea Selatan ke-15.

Maka rumus untuk menjadi pemimpin di masa depan, pertama-tama kita harus beranui bermimpi besar. Meski hidup dalam kemiskinan, Ki Dae Jung tak lantas takut untuk bercita-cita menjadi presiden. Kedua, sepahit apapun jalan yang kita tempuh, jangan pernah menyalahkan keadaan. Seperti kata mantan mendiang Ibu Negara Amerika Serikat, Eleanor Roosvelt:

"It is better to light a single candle than to curse the darkness," Lebih baik menyalakan lilin daripada memaki kegelapan.

Ketiga, bersungguh-sungguh dan tak mudah patah arang. Tidak ada jalan kesuksesan yang mudah, sehingga kita dituntut kuat dan tangguh menghadapi segala keadaan. Seorang pelawak sekalipun tetap harus berlatih melawak dengan serius dan sungguh-sungguh.

Keempat, memantaskan diri sebagai sosok calon pemimpin. Jika kita ingin menjadii pesulap, maka bergaul dan belajarlah dengan mereka. Jika ingin wangi, bergaullah dengan penjual parfum. Jika ingin hebat, bergaul dan belajarlah dari orang-orang hebat. Seperti apa orang hebat itu, Eleanor Roosvelt juga memberi ungkapan sederhana:

"Orang hebat berbicara tentang ide-ide, orang biasa berbicara tentang kejadian sekitar, dan orang kecil berbicara tentang orang lain"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun