Berangkat dari pandangan filsafat Freire tentang manusia, yang mana manusia di dunia ini merupakan subyek, bukan obyek, sehingga panggilan manusia sejati adalah menjadi subyek yang sadar, yang bertindak mengatasi realitasnya. Sebab, adanya segala sesuatu di dunia ini tidaklah dengan sendirinya. Dan karenanya, manusia harus menggeluti realitasnya dengan penuh sikap kritis dan daya cipta. Hal tersebut menysaratkan adanya sikap orientatif yang merupakan pengembangan bahasa pikiran, bahwa sejatinya manusia mampu memahami realitas diri mereka dan dunianya, yang kemudian dengan bekal yang dia miliki, dia mampu membuat perubahan atas apa yang ada; dia menggagaskan pendidikan haruslah berorientasi pada pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.
Menurut Freire, pendidikan harus melibatkan tiga unsur dalam dialektikanya, yaitu;
- Pengajar atau guru
- Pelajar
- Realitas
Pertanyaannya adalah, kenapa realitas itu penting dihadirkan? Bertolak dari pemikiran Karl Max yang menyatakan bahwa realitaslah yang membentuk kesadaran. Sementara, kesadaranlan yang menjadikan pikiran manusia dengan realitasnya menjadi nyambung. Sehingga, tujuan pendidikan yang untuk menghadapi realitas bisa tercapai. Selain itu, hanya berpikir tidaklah menciptakan roti.
Tulisan ini memang masih kurang lengkap. Untuk jelasnya lagi, penulis sarankan agar pembaca juga membaca buku Politik Pendidikan karya Paulo Freire.
Jadi, bagaimana dengan kelasmu, masihkah miskin realitas, atau palah masih gaya bank?
Oleh: Syakirun Ni’am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H