Nalitari menyadarkan saya bahwa tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang tidak penting. Semuanya memiliki peranan masing-masing. Layaknya sebuah rumah, tidak lantas dibangun dengan satu intrumen saja.
Harus ada yang menjadi dinding, pagar untuk menjaga, harus ada yang menjadi atap untuk melindungi, bahkan harus ada yang bersedia menjadi lantai untuk pijakan. Tidak ada yang tidak berguna, tidak ada yang tidak bisa apa-apa. Tidak ada yang harus dianak-tirikan sebab tak sama; satu dalam beda.
ARAH KEMBANG
Jika hanya sekedar hidup, virus Corona pun hidup. Boleh jadi, sebaik-baik manusia ialah yang berusaha menggunakan hidupnya menuju berkat. Bilalah sudah tersentuh inklusivitasnya, maka jangan hanya berhenti pada kesadaran. Berusahalah untuk menjadi salah satu pionir perubahan. Agen pergerakan menuju masyarakat yang lebih kritis dan logis.
Untuk meningkatkan intelektualitas, bergerak di bidang seni saja tidak cukup. Banyak sekali "kursi" aspek-aspek yang kosong dan perlu diduduki. Daripada hanya berkomentar dan mengutuk ketidak-adilan, lebih baik berdiri dan ambil peran, bukan?
Menuju pribadi yang kritis dan logis tentu tidak berangkat dari tangan kosong. Seringkali perubahan dilatar belakangi oleh pengetahuan. Salah satu pendekatan yang dibutuhkan ialah memperkenalkan masyarakat dengan dunia literasi.
Tak hanya seni, seharusnya bidang sastra pun dapat berkembang secara inklusif. Tergerak dari dasar kesetaraan tadi, maka saya berniat untuk berusaha mendirikan taman baca masyarakat yang inklusif. Taman baca masyarakat yang memberi akses dan tempat nyaman bagi teman-teman difabel.
PUNCAK CAHAYA
Pada akhirnya, setiap harap adalah nyala dari gulita; cahaya.
Taman bacaan masyarakat yang saya impikan ialah bertempat di ruang lapang yang tidak begitu dekat dengan hiruk-pikuk kebisingan jalan. Berdiri sebuah bangunan kokoh klasik dengan sebuah pendopo terbuka di bagian depannya. Terdapat berbagai platform lift untuk memudahkan akses teman-teman difabel.
Tidak hanya fasilitas bangunan dan dekorasi, namun taman bacaan masyarakat ini tentu harus memiliki buku yang ditulis menggunakan huruf braille.