Tentu bukan hal ini tidak kita inginkan. Harus ada upaya merawat catatan atas tabiat buruk Ahok. Karena  sumber kegaduhan ini sejatinya adalah diri Ahok sendiri.
Strategi gebuk-maaf ini tidak sesuai dengan kultur pemimpin Indonesia. Kita menghargai pemimpin yang cepat menyadari kesilapannya. Tetapi kita lebih mengidam-idamkan pemimpin yang menjaga tabiatnya sehingga tidak terperosok ke dalam lubang kesalahan. Dan sampai sekarang, saya pikir Ahok belum termasuk dalam kategori pemimpin begini. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!