Mohon tunggu...
sayapmerpatiid
sayapmerpatiid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Organisasi Non-Profit

Sayap Merpati adalah sebuah organisasi yang aktif mendukung pembangunan masyarakat di bidang pendidikan, karena #SemuaAnakBerhak mendapat pendidikan tanpa adanya perbedaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siswa Terdiskriminasi, Sekolah di Indonesia Masih Darurat Budaya Toleransi

27 Maret 2022   09:31 Diperbarui: 27 Maret 2022   09:33 2573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa menjadi korban perilaku intoleransi di sekolah. Black vector created by pikisuperstar 

Sayap Merpati - Dikutip dari alinea.id, data Setara Institute menunjukkan bahwa sejak 2012 - 2019 terjadi 41 tindakan intoleran terhadap pelajar. Paling banyak terjadi pada 2019, yakni 17 kasus. Kebanyakan kasus intoleransi. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk anak-anak mengenyam pendidikan dengan aman dan nyaman, ternyata tidak luput dari intoleransi. 

Dilansir dari situs kompas.com, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyebutkan bahwa terdapat beberapa kasus intoleransi yang terjadi. Salah satunya adalah kasus yang terjadi di SMA 1 Gemolong, Sragen pada awal tahun 2020. Saat itu terdapat seorang siswi aktivis Kerohanian Islam (Rohis) merundung siswi lainnya yang tidak memakai hijab. Kasus ini sempat viral dan menarik perhatian masyarakat. Pada akhirnya, siswi korban perundungan tersebut memutuskan pindah sekolah ke kota lain karena merasa tidak nyaman.  

Kasus intoleransi juga kadang kala berkaitan dengan perbedaan warna kulit atau ras. Berdasarkan hasil penelitian Riset Klaster Pendidikan dan Transformasi Sosial pada tahun 2022, disebutkan bahwa 3 dari 9 sekolah penelitian menunjukkan terjadinya intoleransi terkait perbedaan warna kulit atau ras. 

"Walaupun jarang terjadi, ada kasus-kasus intoleransi yang terjadi karena perbedaan warna kulit atau ras yang bersumber dari adanya purbasangka," tegas Aditya Setiadi dalam Webinar Diseminasi Hasil Penelitian Riset Klaster Pendidikan dan Transformasi Sosial, melalui situs youtube LabSosio-LPPSP FISIP UI. 

Sekolah Harus Mendorong Penguatan Budaya Toleransi Siswa

Di dalam hasil riset tersebut, disebutkan bahwa terdapat tiga aspek yang dapat dilakukan sekolah untuk mendorong penguatan karakter dan budaya toleransi bagi siswa. Pertama, mengkreasikan nilai, norma dan aturan bervisi toleransi yang secara konsisten diterapkan bersama di sekolah. Kedua, mengkreasikan berbagai kegiatan dan kebiasaan toleransi. Ketiga, menghadirkan simbol-simbol material terkait toleransi. 

"Pertemuan dari ketiga aspek ini intinya bertujuan untuk menghasilkan pengalaman-pengalaman perjumpaan keberagaman yang nyata, lalu siswa bisa akhirnya mengenal, menghargai, dan memperlakukan orang lain dengan lebih manusiawi," papar Lucia Ratih Kusumadewi. 

Masyarakat Juga Harus Berperan Aktif

Tak bisa hanya berfokus pada siswa, baik guru, orang tua dan masyarakat umum juga seharusnya bisa menanamkan budaya toleransi. Kasus intoleransi yang terus menerus berulang akan mengancam dunia pendidikan Indonesia. Maka dari itu, sebagai masyarakat di negara multikultural ini, penting bagi kita untuk memupuk budaya toleransi kepada anak-anak sejak dini, guna melindungi hak-hak mereka untuk mendapat pendidikan yang aman, nyaman dan damai. 

Kini, telah banyak organisasi-organisasi di Indonesia yang mulai turut berkampanye untuk menyuarakan isu anti diskriminasi di dunia pendidikan. Sayap Merpati merupakan salah satu organisasi yang sedang aktif menyuarakan isu diskriminasi. Pengetahuan terkait budaya toleransi aktif disuarakan melalui media sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, sekaligus mendorong masyarakat dalam menanamkan budaya toleransi di sekitar kita. Yuk, kita bersama-sama #jagabudayatoleransi demi terciptanya lingkungan yang aman bagi anak-anak Indonesia karena #SemuaAnakBerharga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun