Megah tinggal nama diantara puing,
sempit sesak antrian maut
di ujung senapan Adikuasa.
Pelatuk yang tak henti-henti memekik
menumpahkan mesiu
berujung renggutan-renggutan nyawa,
raga dkoyak,
jiwa tersiakan.
Tak peduli akan erangan,
tak peduli rintihan,
tak pedulikan "Hak Manusia".
Malang nyawa seperti rerumputan liar,
dicabut lalu berserakan.
Dikala cakrawala dipenuhi burung-burung baja,
memuntahkan berjuta kejahatan
terlahir dari Nafsu
yang berTuhankan Syetan !!
*******
Malabar, 28 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H