Kau renggut diriku dari orangtuaku
Kau putuskan tangkai  darah asalku
Menuntunku dan memaksaku berikrar di hadapan orang suci.
Merobah langit dan duniaku
Yang dalam keremanganya ataupun kemilaunya adalah engkau
Yang kusembah dengan raga
Yang kujunjung dengan jiwa
Yang kupasrah dengan hati
 Engkaulah yang bergelar Suami.
Diiringi rapalan-rapalan doa
Mengantar  kita pada satu bahtera .
Sampai kepada gugurlah bungaku,
Yang dilanda musim, musim yang  kejam
merenggut membawanya terbang dalam remang bayang-bayang.
Namun sekarang
Sariku...kelopakku..
kembang dan kuncupku dalam genggammu,
Sari yang kaulahap dalam dahagamu
Kelopak yang kau nikmati dalam darahmu
Bunga yang kau genggam hingga remuk
Kau biarkan kini mati melayu
Seakan ampas,
Yang dulunya kaupuja
Kau petik lembut dari tangkainya,
Hingga waktu telah menelanku
Memperlihatkan wajah aslimu,
Yang dengan  senyumannya melumpuhkanku,
darahku, serta mereka
Kerabatku.
Bungaku,
meski bernyawa  tak hidup lagi
karena engkaulah kumbang berbisa yang Menuai..
mematahkan,
menjadi hama dan Menebarkan Bala  .
*******