Jam 09.14 22 Desember 2018 Saya, Istri, dan tiga anak berangkat dari Ciputat menuju Kondominium Lippo Carita di Anyer.
Perjalanan lancar sekitar jam 13.00 sampai di kawasan Anyer, di jalan ada penginapan menarik di pinggir pantai milik PLN, kamipun mencoba mampir untuk sekedar menanyakan kamar kosong untuk kami menginap. Ada 2 kamar kosong berbentuk cottage dengan harga yang lumayan murah. Menanyakan ke istri, gak tau kenapa kami tidak sepakat untuk mengambilnya. Akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan.
Sekitar jam 13.30 kita sampai di Lippo Carita sebelah utara, ternyata pesanan kamar kami tidak tercatat. Dan diminta untuk dicancel saja dan ditawari harga langsung dengan pemegang kamar di Lippo Carita Utara, kamipun menawar harga sewa, dan akhirnya kami tidak sepakat.
Kami bermain dengan cukup riang, namun ombak di pantai Carita terasa agak kuat menekan ke daratan. Kami pun mencoba lebih berhati-hati untuk tidak terlalu jauh bermain air. Jam 16.00 anak-anak sudah lelah bermain dan kamipun kembali ke kamar di lantai 3 untuk mandi dan berganti pakaian.
Di balkon kamar yang menghadap langsung ke pantai, kami pun bersantai sambil menikmati minuman hangat dan durian dari pandeglang. Jam 17.30 kamipun mencoba turun untuk menikmati terbenamnya matahari yang sangat indah dengan tambahan objek yang tidak kalah indah yakni Gunung Krakatau dengan asapnya yang menjulang. Jam 18.30 kamipun kembali ke kamar untuk makan malam, Jam 20.00 saya mengajak anak-anak dan istri untuk pergi keluar mencari tempat bersantai, namun karena kelelahan maka kami sepakat untuk istirahat di kamar saja.
Jam 21.00 anak-anak sudah pada tidur, sesekali kami mendengar dentuman ombak pantai. Jam 21.30 terdengar gemuruh ombak yang cukup keras disertai teriakan orang-orang di lantai bawah. Kami kira ada acara di bawah, namun teriakannya terdengar seperti jeritan.
Kamipun mencoba menengok dari balkon ke arah bawah, ternyata air bah sudah menerjang kondominium dan warung-warung sudah ambruk berserakan. Sayapun tidak bisa berkata-kata kepada istri, lalu istripun melihat sendiri. Akhirnya istri memutuskan untuk langsung pulang, anak pertama kami, Rangga membantu mengemasi barang seadanya, kedua anak kami yang lain yang sedang tertidur pulas pun kami angkut ke mobil,
Di lantai bawah, barang2 di kamar lantai bawah sudah berhamburan, ada orang yang basah kuyup seperti agak linglung. Alhamdulillah bahkan barang2 yang lumayan banyak bisa kami kemasi dengan cepat. Kamipun bergegas meninggalkan kondominium.
Ternyata di jalan raya ke arah cilegon tidak dapat diakses, kami pun putar balik, baru beberapa meter, jalan ke arah selatan pun juga tidak bisa diakses, dan kami pun putar balik kembali. Lalu tiba-tiba ada warga yang mengarahkan kami pada 1 gang kecil menuju perbukitan, kamipun langsung mengikutinya, dan kami yakin ada antrian panjang di depan menuju tempat yang aman.
Pergerakan pun sangat lambat karena memang jalanan kecil dan volume orang yang sangat banyak. Baru beberapa puluh meter, kamipun diinformasikan sudah aman, dan tidak dapat maju ke atas bukit lagi. Kamipun berhenti di jalan seadanya mungkin menunggu sampai esok hari.
Lalu ada orang dari arah bawah mengatakan ini harus maju terus ke depan menjauhi pantai. Beberapa menit kemudian kamipun melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 22.20 pada saat melanjutkan perjalanan, histeris muncul lebih parah, dari arah bawah, orang-orang berlarian, orang-orang mengatakan "Lari ... larii .. Naik .. Naik .."
Kamipun dengan sangat panik mencoba melaju lebih kencang, tapi dengan jalur sempit dan begitu banyak orang kami mencoba untuk mengikuti jalan agar tidak ada orang yang kami tabrak atau tersenggol, meskipun beberapa kali kendaraan kami ketabrak motor dan keserempet. Kami tidak peduli dengan keadaan mobil, yang penting kami selamat dari bencana.