Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Uang

25 September 2021   20:39 Diperbarui: 25 September 2021   20:45 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau itu ... seperti permata.
Tunggang langgang raga mengejarnya.
Bermandi debu menguras tenaga.
Labirin akal memutar cara mendapatkannya.

Uang.

Uang, uang, uang, dan uang.
Jika kalah, dikata pecundang.
Beda terpisah, dikata terbuang.
Yang jahil meremang, mengajak perang.

Karenamu, orang-orang bisa begitu.

Ada punggung yang dibakar mentari.
Sisip isak tenggelam dalam sunyi.
Kelana tenaga entah kemana sepanjang hari.
Redam bisik, bertanya "makan apa hari ini?"

Tetap saja ...

Gurat senyum terbit dari wajah yang hampa.
Sedang sebaris gusar terpatri oleh dilema.
Dibalik pintu, merajah waktu tanpa titik koma.
Saling bertanya, "berapa biayanya?"

Kau tahu, karenamu ...

Ketar-ketir dunia terus berlomba.
Dusta menggema hal yang biasa.
Sementara yang kecil bertanya-tanya.
Adil itu, apa?

Ada yang membuka pintu, mengoyak kelabu.
"Ayah, ibu. Kuliah itu tak perlu."

"Aku akan bekerja, membantu."
Semesta pun diam, merasa malu.

[Solok, 25 September 2021]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun