Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "Squid Game": Survival Games yang Lebih Gila dan Biadab, Walau Nyaris Membosankan

24 September 2021   17:11 Diperbarui: 24 September 2021   21:03 4598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Squid Game, Source Image: forums.soompi.com

Notes! Film ini bergenre Thriller-Gore dengan rated +19 tahun ke atas. Bocah-bocah wajib minggir! Haha.

Apa Anda penggemar genre survival games macam Battle Royale, Hunger Games, As the Gods Will, Saw, atau yang katanya paling mirip, Alice in the Borderland (2020)?

Jika iya, maka film ini sesuai untuk Anda. Bahkan apabila Anda bukan penggemar genre tersebut pun, entah kenapa saya yakin Anda akan tetap menikmati cerita ini.

Pada Jumat (17/9/21) yang lalu, Netflix resmi meluncurkan serial Korea terbaru mereka, yaitu Squid Games. Serial ini pun berhasil menyita perhatian bukan hanya pecinta industri film Korea Selatan tetapi juga penikmat movies secara keseluruhan.

Disutradarai oleh Hwang Dong Hyuk yang pernah menunjukkan taringnya untuk film Silenced (2011) dan Miss Granny (2014), film ini mengisahkan tentang 456 orang sial yang mempertaruhkan nyawa mereka demi memenangkan uang senilai 45,6 miliyar Won.

Berjumlah sembilan episode, drama ini pun berhasil meraih skor sempurna 100% versi tomatometer dari rottentomatoes.com dan 83 poin dari imdb.com sejak artikel ini dipublikasikan.                                     

Dengan dibintangi oleh salah satu aktor favorit saya, Lee Jung Jae yang saya cintai berkat perannya sebagai Ray di film Deliver Us from Evil (2020), sebagai seorang penikmat film horor-thriller, bolehlah kiranya saya pun ingin berbagi pendapat jujur saya tentang Squid Games ini.

Sinopsis
Sebuah “kelompok” menawari sejumlah orang sebuah permainan yang menghasilkan hadiah uang sebesar 45,6 miliyar Won. Mereka hanya perlu menyelesaikan permainan anak-anak yang biasa mereka mainkan sejak kecil. Namun jika kalah, kematian pun menanti.

Gi Hoon (Lee Jung Jae) adalah seorang pria menyedihkan yang menjalani hidup dengan sengsara. Saat mendapat penawaran untuk mengikuti permainan rahasia, Gi Hoon memutuskan untuk berpartisipasi demi memperbaiki nasibnya.

Di sisi lain, Sang Woo (Park Hae Soo) adalah seorang pria cerdas lulusan universitas bergengsi. Namun, ia terlibat kasus penggelapan dana dan berusaha menghindari pengejaran polisi.

Kedua pria yang rupanya berteman sejak kecil itu pun dipertemukan dalam permainan bernama Squid Games, sebuah permainan keji yang memaksa mereka untuk memilih antara keegoisan pribadi atau nilai-nilai kemanusiaan.

Kesan Jujur Saya
Sejujurnya saya cukup berekspektasi besar saat menonton film ini. Sayangnya, respon saya usai menontonnya hanyalah, “Oh Okey. Jadi begitu.

Saya pikir, review kali ini mungkin akan sangat berbeda dengan pendapat orang kebanyakan. Sebelum saya menontonnya, ramai perbincangan yang menyebutkan bahwa film ini mirip dengan Alice in Borderland dari Jepang, yang mana film tersebut juga menerima kesuksesan besar tahun lalu.

Oleh karena saya membaca komik dan ikut menonton versi filmnya, saya pun berharap serial ini mampu melampaui Alice, atau setidaknya untuk standar saya sendiri.

Namun ternyata Squid Game hanya menampilkan perbedaan motif, vibe, dan eksekusi teknisnya sehingga saya pikir, serial ini tidak tampak lebih baik.

Premis yang ditawarkan Squid Game sebenarnya biasa dan simpel, yaitu tentang seseorang yang entah bagaimana terlibat dalam kompetisi mematikan, lantas bagaimanapun caranya si tokoh harus berusaha menyelamatkan diri dari permainan tersebut walaupun harus mengorbankan nyawa orang lain.

Serial ini pun juga menjual tagline berupa permainan anak-anak Korea Selatan yang notabenenya sederhana dan mudah untuk dilakukan sehingga mengundang rasa penasaran penonton tentang—bagaimana film ini berhasil mengeksekusi permainan yang dianggap mudah itu. 

Hal ini pun dipadupadankan dengan instrumen thriller-gore-slasher yang hanya boleh dipertontonkan pada orang dewasa.

Salah satu hal yang mampu membuat serial ini berbeda adalah: para karakter yang terpilih untuk mengikuti game adalah orang-orang sial yang mengalami krisis secara finansial atau sedang terlilit hutang.

Para pemain pun pada dasarnya diberi pilihan untuk mengikuti game atau tidak. Permainan berlangsung tanpa paksaan.

Jika mereka bermain dan menang, mereka akan menjadi miliyarder dan menyelesaikan segala permasalahan hidup yang mereka hadapi terkait finansial. Namun apabila kalah, ya mati.

Dengan kata lain, semua karakter sebenarnya melakukan permainan Squid game ini secara suka rela sehingga mereka tidak punya alasan untuk menyalahkan penyelenggara permainan apabila ada orang yang terbunuh atau bahkan melapor pada polisi.

Aturan semacam itu menurut saya merupakan poin pembeda Squid Game, di mana banyak film serupa lainnya yang biasanya suka memaksa karakter mereka untuk mengikuti permainan tanpa pilihan apapun.

(Pros) Memiliki Alur Cerita yang lebih Logis dan Relatable dengan Penonton
Salah satu kekuatan terbesar yang dimiliki film ini, adalah fakta bahwa Hwang Dong Hyuk dengan cerdas memakai uang sebagai pemicu permainan. 

Termasuk menggunakan cuan sebagai sindiran sosial yang relate dengan kehidupan. Situasi ini sudah digambarkan dengan baik sejak episode pertama.

Dimulai dengan Gi Hoon yang kehidupannya bobrok, beban keluarga, dan tidak berguna bertemu sales tampan lelaki misterius (Gong Yoo) yang menawarinya bermain dengan hadiah uang—tepat setelah Gi Hoon dengan sialnya dirampok, diancam rentenir, sekaligus merasa bersalah karena tidak bisa membelikan hadiah ulang tahun yang pantas untuk anak semata wayangnya.

Lantas sepanjang sembilan episode, kita akan disuguhkan kisah para karakter yang diambil dari berbagai sudut pandang moral yang menguras emosi dan mental, terlepas dari betapa kejamnya permainan berlangsung.

Hwang Dong Hyuk patut dipuji karena berhasil membangun ikatan emosional yang apik, terutama karena semua karakter penting mendapatkan spotlight tentang kisah mereka sehingga para penonton mempedulikan nasib mereka sebagai karakter.

Film ini juga seolah-olah menegaskan fakta bahwa karena uang, seseorang dapat menggila dan terlupa pada nilai-nilai kemanusiaan.

Sedikit mengingatkan saya pada “ritme” film Parasite (2019), dengan kekuatan moral value yang sama dalamnya. Sama lugasnya menyoroti kesenjangan sosial yang ada di masyarakat lantas menjadikannya pondasi yang kokoh untuk kisahnya.

Apa kau tahu persamaan antara orang yang tidak memiliki uang dan orang yang terlalu banyak memilikinya? Hidup tidak menyenangkan bagi mereka.Oh Il Nam, eps. 9

Anda belum tentu bahagia karena uang. Namun tanpa uang, Anda pun belum tentu bahagia.

Menurut saya hal ini patut diacungi jempol karena tampil “beda” walau kesannya lebih sederhana dibandingkan film-film bergenre sama.

Jika diingat-ingat lagi, sejujurnya genre survival games kebanyakan memang memakai alasan yang terlalu fantasi sehingga sedikit banyaknya, sisi emosional penonton lebih banyak dikuras pada film-film yang relatable dengan kehidupan sehari-hari, contohnya Squid Game ini.

(Pros) Aspek Teknis yang “Menyenangkan” dan Berhasil Membuat Tak Nyaman
Jika Anda cermati setiap background dramanya, terutama set permainan Squid Game yang berada di pulau entah berantah, saya yakin Anda akan terkesan dengan totalitas produksinya.

Pasalnya orang-orang dibalik layar film ini tampak berusaha keras menciptakan situasi “ceria dan menyenangkan” ala anak-anak demi menekankan unsur relatable-nya dengan kehidupan masyarakat Korea Selatan.

Mulai dari set bermain Lampu Merah Lampu Hijau dengan boneka raksasa, set tangga warna-warni seperti lego, set mini perumahan warga, termasuk dengan teknis pencahayaan dan musik, percayalah. Cantik!

Namun tanpa melupakan genre awal yang diusung film, set-set indah tersebut harus dikombinasikan dengan cita rasa gore drama yang membabi buta. Pemusatan kamera pada darah, isi kepala dan tubuh, serta cara mati para karakter diperlihatkan secara detail.

Kombinasi latar dan alur tersebut dengan anehnya efektif membuat emosi penonton campur aduk.

Saya pribadi yang telah menonton beragam film bertema thriller-gore yang notabenenya menjijikkan, seharusnya sudah terbiasa dengan penggambaran adegan brutal nan sadis.

Sedikit banyaknya membuat saya tidak mudah terpengaruh dengan adegan-adegan keji, tetapi Squid Game cukup berhasil membuat saya merasa gerah dan tidak nyaman.

Mungkin karena shoot dan angle kamera yang dekat sehingga penggambaran suasana terlihat lebih suram dan ganjil? Apapun itu, saya ingin mengapresiasi pihak produksi filmnya.

Salah satu set permainan yang ditampilkan di poster Squid Game. Source Image: soompi.com
Salah satu set permainan yang ditampilkan di poster Squid Game. Source Image: soompi.com
(Cons) Meskipun Seru, Squid Game hanya Mengulang-Ulang “Kajian” yang Sama
Saya sejujurnya berada di pihak yang berlawanan dengan sebagian besar orang terkait Squid Game. Menurut saya, film ini bagus dan seru. Namun apakah lebih baik? Menurut saya tidak.

Hal yang membuat film ini terasa oke adalah eksekusinya. Mungkin karena memang bukan tema yang baru, apalagi jika Anda seorang penggemar film, pola dan ritme cerita Squid Game sebenarnya sangat mudah terbaca.

Kita lagi-lagi diberikan seorang tokoh pengecut dan sial yang terjebak dalam game, untuk kemudian mendapati bahwa si karakter tersebut—biasanya yang paling humanis—selalu menang karena adanya faktor keberuntungan.

Lantas seiring berjalannya waktu, ikatan emosional antar karakter tumbuh. Kemudian ada tokoh lain yang berkorban atau justru berkhianat. 

Apapun kondisinya, hal itu akan menyelamatkan Sang Protagonis. Tidak peduli si protagonis ini memang layak diselamatkan atau tidak. 

Alur cerita Squid Game termasuk sangat padat untuk ukuran sembilan episode. Memiliki plot twist yang dibangun dengan penuh perhatian. Lalu moral value yang ditawarkan memang mengena pada penonton. 

Namun, saya pribadi tidak terlalu merasakan euforia cerita seperti yang lain karena kisahnya yang mudah ditebak sehingga entah bagaimana, bagi saya tidak terlalu menguras emosi.

Mungkin karena saya telah melihat banyak drama/film yang mirip di genre thriller sehingga apa yang ditampilkan di Squid Game bukan hal yang menarik lagi bagi saya.

Jadi, saya pribadi cukup merasa sedih ketika serial ini tidak berhasil memuaskan ekspektasi yang sejak awal penuh antisipasi. 

Selain itu, ada beberapa substory yang saya rasa tidak berguna. Contohnya seperti kisah si polisi ganteng yang menyamar sebagai staff, tetapi perjuangannya justru sia-sia diujung episode.

Entahlah. Bisa jadi kisah si polisi akan dikuak lebih dalam apabila ada season lanjutan tetapi untuk memposisikan karakter si polisi mati di akhir film, membuat saya merasa bahwa substory si polisi di season 1 ini hanya semata-mata untuk mengetahui situasi dibalik layar para penyelenggara Squid Game.  

Tugasnya sebagai karakter adalah menguak kejahatan dan egoisme lain dari para staff  dan dengan anehnya menunjukkan konsep keadilan si Front Man.

Sedikit banyaknya, perjuangan polisi ganteng itu hanya menambah ironi di tengah jalannya tragedi yang ujung-ujungnya tidak berguna sama sekali. 

Tampak aksinya semacam penambah bumbu cerita/aksesoris semata. Syukur-syukur, aksi si polisi tidak menganggu jalan cerita utama.  

Kesimpulan
Overall, saya serius saat bilang bahwa Squid Game ini seru dan cukup menyenangkan untuk diikuti.

Series ini juga kiranya merupakan alternatif thriller yang pas apabila Anda ingin mencari film yang bukan hanya sekedar menawarkan sensasi teror yang menakutkan, tetapi juga sensasi humanis yang dibalut dengan indah dan rapi di tengah ketegangan kisah yang sadis.

Oleh karena itu, Saya pribadi memberikan skor 7,5/10 untuk Squid Game. Meskipun tidak sesuai ekspektasi, saya tidak ingin mengabaikan fakta bahwa serial ini memang ditampilkan dengan baik. 

Sekali lagi, ini hanya masalah selera masing-masing orang. Oh iya, Anda pun dapat secara legal menyaksikannya di Netflix. 

Yuk nonton sekarang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun