Kita lagi-lagi diberikan seorang tokoh pengecut dan sial yang terjebak dalam game, untuk kemudian mendapati bahwa si karakter tersebut—biasanya yang paling humanis—selalu menang karena adanya faktor keberuntungan.
Lantas seiring berjalannya waktu, ikatan emosional antar karakter tumbuh. Kemudian ada tokoh lain yang berkorban atau justru berkhianat.Â
Apapun kondisinya, hal itu akan menyelamatkan Sang Protagonis. Tidak peduli si protagonis ini memang layak diselamatkan atau tidak.Â
Alur cerita Squid Game termasuk sangat padat untuk ukuran sembilan episode. Memiliki plot twist yang dibangun dengan penuh perhatian. Lalu moral value yang ditawarkan memang mengena pada penonton.Â
Namun, saya pribadi tidak terlalu merasakan euforia cerita seperti yang lain karena kisahnya yang mudah ditebak sehingga entah bagaimana, bagi saya tidak terlalu menguras emosi.
Mungkin karena saya telah melihat banyak drama/film yang mirip di genre thriller sehingga apa yang ditampilkan di Squid Game bukan hal yang menarik lagi bagi saya.
Jadi, saya pribadi cukup merasa sedih ketika serial ini tidak berhasil memuaskan ekspektasi yang sejak awal penuh antisipasi.Â
Selain itu, ada beberapa substory yang saya rasa tidak berguna. Contohnya seperti kisah si polisi ganteng yang menyamar sebagai staff, tetapi perjuangannya justru sia-sia diujung episode.
Entahlah. Bisa jadi kisah si polisi akan dikuak lebih dalam apabila ada season lanjutan tetapi untuk memposisikan karakter si polisi mati di akhir film, membuat saya merasa bahwa substory si polisi di season 1 ini hanya semata-mata untuk mengetahui situasi dibalik layar para penyelenggara Squid Game. Â
Tugasnya sebagai karakter adalah menguak kejahatan dan egoisme lain dari para staff  dan dengan anehnya menunjukkan konsep keadilan si Front Man.
Sedikit banyaknya, perjuangan polisi ganteng itu hanya menambah ironi di tengah jalannya tragedi yang ujung-ujungnya tidak berguna sama sekali.Â