Perkembangan Karakter yang Kokoh
Apabila kita hanya melihat bagaimana perkembangan kekuatan Jiwo atau perubahan emosi Kaiden, Son Jeho mengeksekusi mereka dengan baik.Â
Jiwoo awalnya selalu digambarkan sebagai anak yang lembut tetapi tekun, untuk kemudian menyadari betapa lemah dirinya, merasa sedih, dihibur Kaiden, lantas tampil dengan sifat yang lebih tegas, kuat, dan konsisten.
Menurut saya, perubahan emosi Jiwoo dapat dikatakan pas. Pembaca tidak harus menunggu hingga berpuluh-puluh chapter karena perkembangan karakternya bahkan sudah dimulai sejak chapter belasan.
Selain itu, Zhena juga pantas mendapatkan pujian untuk ilustrasi adegan komedi yang renyah. Terutama saat Zhena mengilustrasikan ekspresi dan gestur Kaiden sebagai kucing oranye gendut yang arogan tapi menggemaskan.
Pembaca mampu dibuat jatuh hati oleh sifat Kaiden sekaligus interaksinya bukan hanya dengan para karakter inti tetapi juga dengan kucing-kucing lain yang dimiliki oleh Jiwoo. Â Bahkan sampai ada fandom tersendiri untuk Kaiden di internet. Haha.
Akan tetapi Eleceed tampaknya tidak membuat semua karakter mendapatkan Spotlight. Bisa jadi karena jumlah karakter pendukung di komik ini banyak sehingga hanya orang-orang di sekitar Jiwoo lah yang terlihat memiliki perkembangan emosi dan kekuatan.
Seperti Manhwa Pada Umumnya, Kurang Detail
Sejujurnya menurut saya pribadi, salah satu tabiat yang paling umum dari komik Korea adalah fakta bahwa Manhwa bukanlah tipe bacaan yang memanjakan penggemar terhadap informasi-informasi yang seharusnya penting.
Maksud saya, mungkin akan lebih baik jika kita membandingkannya dengan komik Jepang (Manga). Dimana hal ini bisa jadi tolak ukur kelebihan atau kekurangan komik-komik per negara. Ayo kita ambil contoh Naruto.
Di komik itu, segala hal mengenai dunia ninja dari A—Z akan dijelaskan detail. Bukan hanya sebatas pengenalan kekuatan saja, tetapi termasuk pendirinya, strukturnya, tipenya, dan semacamnya. Rata-rata, mungkin salah satu pembeda komik Jepang dan Cina dengan komik Korea adalah betapa detailnya informasi untuk pembaca.
Sementara komik Korea lebih cenderung menganggap bahwa pembaca sudah tahu segalanya. Meskipun sebuah kekuatan, jabatan, atau latar belakang seorang tokoh dijelaskan, pada akhirnya kreator komik lebih sering melupakan hal-hal remeh dan membiarkan pembaca memahami sendiri sebuah informasi yang diberikan.Â