Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Regenerasi Kompasianer dari Kacamata Saya, Seorang Kompasianer "Bayi"

10 Agustus 2021   21:23 Diperbarui: 11 Agustus 2021   18:03 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Slogan Kompasiana, Source: kompasiana.com

"Siapa sih saya, nulis tentang ini?"

Itu adalah hal pertama yang saya pikirkan sebelum menulis artikel ini. Sebab saya berkali-kali bertanya pada diri saya sendiri apakah tulisan ini perlu saya unggah atau tidak. Apa manfaatnya? Daripada itu, saya siapa? 

Akan tetapi, situasinya lucu sekali. Membuat saya sebagai kompasianer kemarin sore merasa gemas dan termotivasi melemaskan jari-jemari untuk mengetik artikel ini. 

Bayangkan saja, di sore hari yang mendung dan galau di daerah saya, ada dua artikel adu argumen dari dua orang kompasianer yang terpajang di kolom terpopuler dan penilaian tertinggi. Sebagai seorang reader random sejati, tentu saja saya membacanya. 

Lantas, saya terkekeh sendiri. "Woa Man.... Seriously? Sepelik itu kah?"

Sebenarnya normal dalam suatu forum atau platform apabila ada anggota yang saling bersilang pikir dan beradu argumen. Setiap orang memiliki latar belakang dan cara berpikir yang berbeda dan kita berada di negara yang masih memberi keleluasaan berpendapat dalam literasi. Sah-sah saja. 

Namun yang membuat saya merasa lucu disini adalah tema argumennya. Seputar tulisan yang "bermanfaat versus cuan-mencuan," lagi. Semacam pembahasan yang saya pikir tidak kunjung usai dan memuaskan dahaga para kompasianer, sekaligus membuat lelah dan kesal para admin kompasiana. Saya sering membaca artikel adu argumen tentang berbagai hal dari para kompasianer senior, termasuk konten kritikan yang ditujukan pada kompasiana. 

Lama-kelamaan saya jadi heran sendiri dengan para senior dan admin kompasiana. Jika kritikannya seputar regulasi kompasiana sih saya suka. Namun apabila para senior terus-terusan bicara dan membanding-bandingkan kompasiana yang dulu dengan yang sekarang, ya saya sebagai anak baru jengah juga.

I mean, sekarang sudah memasuki pertengahan tahun 2021 dan masih membicarakan ini? Wow sekali. 

Jika dipikirkan lagi, pembicaraan seputar bermanfaat atau tidaknya suatu konten memang mengandung misteri dalam dunia literasi yang sulit diatasi. Saya tidak bermaksud membela siapapun. Namun sebagai seorang kompasianer baru yang tidak tahu-menahu dengan budaya dan atmosfer kompasiana yang lama, saya ikutan bingung juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun