Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanya Sebatas Kopi

29 Juli 2021   11:07 Diperbarui: 29 Juli 2021   11:24 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Urusan kita hanya sebatas kopi.
Dada menghangat oleh hawanya yang wangi.
Seduh gula susu sekehendak hati.
Menyesapnya mampu mendamaikan ribut pagi.

Urusan kita hanya sebatas kopi.
Lirikannya terasa bagai mata-mata yang mengawasi.
Curi-curi pandang seolah-olah ia adalah pencuri.
Biar tak tahu, ia pura-pura menyesap lagi.

Urusan kita, mungkinkah sebatas kopi?
Namun kutahu ia duduk di sana berhari-hari.
Seolah-olah kursi itu istimewa dan suci.
Dan pelayan membiarkannya lagi dan lagi.

Urusan kita, mungkin sebatas kopi?
Apapun itu, ku tak tertarik sama sekali.
Tapi katanya, kopiku telah dibayar romansa nyali.
Di bawah gelas, sepucuk surat tergolek rapi.

Angka? Ah, aku tahu ini ...
Aku lihai tebak-tebakan dengan pelangi.
Aku lirik si pemilik urusan kopi.
Pura-pura syahdu. Kopi disesap, lagi.

Aku terkekeh sendiri.
Radio terdengar memutar melodi.
Seperti pusaran kopi, manusia itu pelik sekali.
Mama bilang, jangan mencinta seakan berjual beli.

Sepoi angin wara wiri layaknya bernyanyi.
Ku ketuk meja, jangan sembunyi lagi.
Gagap senyum terlihat menawar empati.
Ku mendesah, ragu-ragu mengasihani.

Mama bilang jangan main-main urusan hati.
Jadi, ini memang hanya sebatas urusan kopi.
Jari manis teracung, cincinku membanggakan diri.
Terbelalak. Kali ini, kopinya tak tersesap lagi.

Sebab, Mama bilang jangan dikasih hati.
Seduh sedan kopi memang suka menjual fantasi.
Padahal realita suka menghajar ekspektasi.
Yah... Cinta memang suka bermisteri.

Maaf tapi, sayang sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun