Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

I'd Adha

20 Juli 2021   13:22 Diperbarui: 20 Juli 2021   13:25 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohamed Hassan via Pixabay

Pagi ini, langitku terlihat mendung.
Awan hitam temaram seolah ingin berkabung.
Angin membelai, dinginnya memenuhi relung.
Padahal, takbir sedang menggema agung.

Bersyukur, napasku bertemu I'd lagi.
Senyum merekah wajah-wajah bahagia terpatri.
Walau hidup sedang dikungkung pandemi.
Lemah mati masih bersandar pada Yang Maha Suci.

Kemudian, langkah kakiku menyusuri jalanan.
Ternak terlihat takzim hendak dikurban.
Bagi kami, hukum surga haruslah dilaksanakan.
Sebagai ungkapan jiwa masih bersyukur pada Tuhan.

Asalnya, tuntunan ayat sakral kisahnya.
Welas kasih Ibrahim A.S. jelaslah tiada tara.
Namun, Tuhan lebih besar kuasa-Nya.
Ia tahu, kalau hati tunduk, mestilah selembut sutra.

Jadilah ia kurbankan anak tersayangnya.
Patuh tunduk bahwa setiap jiwa adalah Hak semesta.
Oh bagaimanalah... hati berombak ia lakukan jua.
Semesta lantas bertasbih. Mengagumi ikhlasnya.

Lantas, bagai membalik telapak tangan,
Tuhan perlihatkan mukjizat-Nya.

Tuhan menggantinya, imbalan penghambaannya.
Takbir lantas menggema mengguncang arasy-Nya.
Kisahnya lalu terpatri suci memuji Rasul-Nya.
Tentang baja hati oleh tawakkal, hikmah tuk penerusnya.

Sekarang, mentari mengusir kasar mendung awan.
Zikir-zikir berkumandang, tabuh beduk digelarkan.
Wangi harum menguar, gaduh dapur oleh periuk masakan.
Tangan menangkup, berjarak, bermaaf-maafan.

Kuhela napas, pada langitku menengadah.
Tenang. Kali ini bukan untuk melontar amarah.
Ku tahu, terhina diri berlumur dosa oleh jiwa yang pongah.
Namun bersungguh diri aku memohon, biar hati lapang dan terarah.

Tuhan, terima kasih. Masih mengizinkanku berbagi kasih.
Tuhan, terima kasih. Memberi kesempatan menyejukkan hati yang perih.

[Solok, 20 Juli 2021: Met I'd Adha tuk para rekan yang merayakan!]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun