Pada akhirnya, kisah kita hanyalah tentang "pada suatu hari."Â
Ketika gulirnya waktu tergantung pada rasa yang ada di hati.
Andaikan hati berbunga, waktu senang kejar-kejaran dengan mentari.
Berfoya-foya nikmati ruang yang tak abadi.
Sebaliknya, katakanlah hati sedang sempit. Maka, waktu akan berhenti.
Semesta berhenti.
Lantas diri berkata sendiri, "Ah sulit sekali."
Semuanya menjadi memori.
Bagai untaian jalinan benang yang tak rapi.
Jika dipikir-pikir lagi,
semuanya hanya akan jadi ingatan untuk masa depan yang ditulis "hari ini."Â
Ujung-ujungnya, semuanya hanya akan menjadi kalimat, "Pada suatu hari."
Yah sayang sekali.
[Saning bakar, Solok, 31 Juli 2020]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H