Mohon tunggu...
Humaniora

Arisan Helm - Sebuah Revolusi Mental dari Bandung

6 Januari 2016   10:30 Diperbarui: 6 Januari 2016   11:21 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal lain yang tidak kalah menariknya dari apa yang sudah dilakukan oleh Dede ini adalah terbentuknya Tim Monitoring Helm. Beliau mengorganisir siswa-siswa kelas IV yang sudah mendapatkan pelatihan dari program Save the Children- Yayasan sayangi Tunas Cilik untuk melakukan pemantauan kepada teman-temannya yang datang dan pulang sekolah dengan membonceng sepeda motor tetapi tidak mengenakan helm. Mereka melakukan pencatatan per hari dan melaporkan kepada Dede. dia meminta tim ini untuk tidak hanya mencatat jumlahnya, tetapi juga untuk mengetahui alasannya mengapa mereka tidak mengenakan helm. Diketahui, dua alasan utamanya adalah karena lupa dan malas karena dianggap merepotkan.

Arisan Helm dan Tim Monitoring Helm yang diprakarsai oleh Dede ini, mendapatkan dukungan besar dari Ibu Kepala Sekolah SDN Cihaurgeulis dan berharap kegiatan ini dapat menginspirasi banyak guru, siswa atau bahkan bisa menginspirasi sekolah-sekolah lain yang menghadapi tantangan serupa.

Semoga akan muncul Dede-Dede lainnya.

Di Indonesia ribuan anak dan remaja meninggal dan mengalami luka berat karena kecelakaan lalu lintas, kebanyakan dari mereka adalah pengguna sepeda motor. Data kementerian Perhubungan yang disadur dari Buku Materi Sosialisasi Keselamatan Berlalu Lintas (2012) menyatakan bahwa 8 dari 10 kecelakaan lalu lintas melibatkan sepeda motor. Sementara 1 dari 3 pengguna sepeda motor yang terluka mengalami cidera kepala-gegar otak. Sebagian dari yang mengalami cidera kepala berat mengakibatkan kerusakan  otak yang permanen dan bahkan kematian. 

Penggunaan helm terutama untuk anak menjadi upaya sederhana namun penting untuk melindungi anak dari cidera yang lebih parah ketika mengalami kecelakaan sepeda motor di jalan. Arisan helm yang dilakukan di SDN Cihaurgeulis mungkin terbilang kecil dan sederhana, hanya dimulai dengan 30 siswa di satu sekolah, namun diharapkan dampaknya bisa meluas. Dalam waktu kurang lebih satu bulan, sudah ada 16 siswa yang memiliki helm dari swadaya mereka sendiri. Mungkin pada saat kita membaca tulisan ini sudah ada ratusan siswa lainnya yang juga memiliki. (Tim SELAMAT- Save the Children - Yayasan Sayangi Tunas Cilik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun