Kata "Healing" baru-baru ini sedang trend di media sosial terutama di kalangan remaja-dewasa. Kata ini sering dikaitkan dengan liburan, jalan-jalan, atau mencari sesuatu yang menenangkan. Kata healing bukan sekedar pemaknaan pada "seberapa banyak menghabiskan waktu untuk mendapatkan kesenangan", namun lebih dari itu.
Kata healing berasal dari bahasa inggris yang berarti "penyembuhan". Arti healing sebenarnya dikaitkan dengan penyembuhan pikiran, batin, maupun jiwa akibat adanya tekanan yang berlebih. Tekanan tersebut dapat berasal dari stressor baik dari luar maupun dari dalam diri, kemudian akan membentuk kondisi stress.
Nah, lalu apakah stress harus diperhatikan atau bahkan diobati? Apa sebenarnya pengaruh stress terhadap kehidupan?
Tanpa teoripun kita semua sepakat jika stress tidak baik bagi kesehatan, bukan?
Tubuh manusia sebenarnya dapat mengendalikan stress, namun apabila dalam jangka hitungan kronik (waktu yang lama) maka akan berdampak pada tubuh. Stress berdampak pada sistem tubuh termasuk sistem muskuloskeletal, sistem respirasi, kardiovaskular, gastrointestinal, sistem saraf, dan sistem reproduksi.
Dampak stress pada sistem muskuloskeletal
Saat tubuh mengalami stress, otot akan reflek bereaksi dan menimbulkan "ketegangan otot" dan kemudian akan berlalu seiring dengan menghilangnya stress. Namun, apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama makan akan berdampak pada nyeri area bahu, leher, kepala, dan punggung.
Dampak stress pada sistem respirasi
Reaksi tubuh ketika mengalami stress salah satunya adalah adanya gejala pernapasan seperti sesak napas atau napas menjadi cepat. Hal ini terjadi karena saluran pernapasan antara hidung dan paru-paru menyempit. Hal ini mungkin biasa bagi orang yang tidak memiliki gangguan pernapasan, namun akan berdampak yang signifikan terhadap orang yang memiliki gangguan pernapasan seperti asma dan COPD.
Dampak stress pada sistem kardivaskular
Saat seseorang mengalami stress maka denyut jantung akan cenderung meningkat. Hal ini karena reaksi hormon stress (adrenalin, noradrenalin, dan kortisol) yang merespon stressor. Stress yang dialami secara konstan (kronis) dapat berisiko menyebabkan masalah jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi, serangan jantung, dan stroke.
Dampak stress pada sistem gastrointestinal
Stress dapat menyebabkan rasa sakit diperut, kembung, dan ketidaknyamanan lainnya. Dalam kondisi stress biasanya seseorang akan makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Hal ini menyebabkan mulas dan refluks asam. Stress juga dapat mempengaruhi pencernaan dan nutrisi yang diserap usus, ini dapat menyebabkan seseorang menjadi diare atau bahkan sembelit.
Penjelasan diatas memberikan beberapa gambaran pengaruh stress terhadap tubuh. Jika terjadi hal demikian itu akan sangat tidak nyaman bagi kehidupan sehari-hari.
Kesehatan jiwa sangat perlu dipertimbangkan dalam segala hal. Sediakan sedikit waktu untuk memberikan proses penyembuhan bagi tubuh misalnya dengan healing. Tidak perlu jalan-jalan atau menghabiskan banyak uang untuk healing, cukup lakukanlah hal-hal yang dapat membuat senang dan menenangkan pikiran.
-Tetaplah sehat wahai anak manusia-
SUMBER :
American Psychological Association. 2018. Stress Effects on The Body: Stress affects all systems of the body including the musculoskeletal, respiratory, cardiovascular, endocrine, gastrointestinal, nervous, and reproductive systems. https://www.apa.org/topics/stress/body [diakses tanggal 09 Juli 2022].
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI