Mohon tunggu...
Ajid Ajidin
Ajid Ajidin Mohon Tunggu... -

saya sama dengan kebanyakan manusia yang ada di dunia ini. sharing ide merupakan jalan untuk berbagi dalam pengetahuan. kompasiana adalah universitas terbuka untuk ajang sharing informasi dan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Menungu Waktu untuk Berbuat

6 Agustus 2010   15:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibnu Umar ra. berkata, Suatu saat Rasulullah Saw. memegang pundakku sembari berkata, “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau penyeberang jalan”. Selanjutnya Ibnu Umar ra. berkata, “Jika engkau diwaktu sore janganlah menunggu hingga pagi, jika engkau di waktu pagi janganlah menunggu hingga sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum engkau mati”. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari).

Konsep hadits diatas, mengajarkan pada manusia dalam mengerjakan segala sesuatu yang baik disegerakan. Jangan sampai molor-molor menunggu waktu yang tepat. Apalagi, sampai menunggu kesempatan datang. Kapan dan dimana pun perbuatan baik itu harus disegerakan. Kecuali kita mengerjakan perbuatan buruk, baru menangguhkannya. Agar perbuatan itu tidak dilaksanakan.

Kita mempunyai moment hari ini, untuk mengerjakan kebaikan. Maka kerjakanlah kebaikan itu. Kita bisa berbuat baik diwaktu muda, kerjakanlah. Jangan sampai menunggu waktu tua datang. Karena kita tidak akan tahu kapan ajal menjemput. Subhanallah, sungguh indah apa yang disabdakan nabi diatas. Jangan menunggu kita untuk berbuat baik.

Hari ini kita bisa melaksanakan shalat, belum tentu hari esok. Hari esok kita bisa melaksanakan ibadah puasa, belum tentu ditahun yang akan datang bisa melaksanakannya lagi. Hari ini kita sehat untuk melaksanakan ibadah haji, belum tentu tahun yang akan datang kita mampuh untuk melaksanakannya kembali. Waktu berputar, seiring dengan usia kontrakan kita habis. Kapan dan dimana kontrakan umur kita akan dijemput sama yang mempunyai kita tidak akan pernah tahu. Seperti, Ibnu Umar berkata, “Apakah engkau tahu, Wahai hamba Allah, siapa nama engkau besok”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah).

Jangankan, memikirkan tentang indentitas kita untuk hari esok. Untuk berfikir, bagaimana kita menghadap Sang Maha pencipta saja kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Maka, jadikanlah kesempatan hidup di dunia ini untuk berbuat baik. Untuk menyiapkan bekal nanti di hari pembalasan. Jangan sampai kita menunggu ajal tiba. Baru kita sadar, betapa ruginya hidup kita di dunia tanpa arti dan makna. Tuhan mengatakan dalam al-Qur’an yang mengkisahkan seorang Mu’min keluarga Fir’aun. Dia berkata, “Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal”. (QS. Al Mu’min. 39).

Dunia ini, hanyalah tempat bercocok tanam. Apakah benih yang kita tanam adalah, benih yang baik atau benih yang buruk. Tergantung manusia itu sendiri memilihnya. Karena Tuhan telah memberikan pedoman untuk dijadikan konsep dasar dalam hidupnya. Begitu juga, Tuhan mengutus seorang rasul untuk mengajarkan pada manusia tentang konsep itu. Hanya manusia itu sendiri yang menentukan nasibnya kedepan. Segala pedoman, tata aturan dalam kehidupan semuanya Tuhan telah rangkum dalam sebuah teks, yang bernama Al-Qur’an. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk manusia mengelakannya. Apalagi, sampai menunda-nunda dalam pelaksanaannya.

Kontek hadits diatas, mengajarkan dua aspek pada manusia. Pertama, agar menjadi seorang Mu’min yang asing pada dirinya. Seolah-olah ia aneh tinggal di dunia. Lalu, ia berkhayal untuk tetap tinggal di tempat yang asing tadi. Tetapi, hatinya tidak pernah merindukan tempat pengasingan itu. Justru, hatinya selalu rindukan pada tempat kelahirannya sendiri. Jadi, ia tidak pernah menghabiskan waktunya sia-sia di dunia. Hanya untuk menikmati kehidupan dunianya yang fana. Tapi, ia gunakan waktu hidup di dunianya untuk beramal soleh dan mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat untuk akhiratnya nanti. Karena ia selalu merindukan tempat kelahirannya yang abadi. Yaitu, akhirat. Seperti, Tuhan menciptakan Adam dan Hawa disurga. Kemudian, Tuhan menurunkannya ke dunia yang fana. Maka, Adam dan Hawa pun merindukan kembali surga yang pernah ditempatinya.

Kedua, agar menjadi seorang Mu’min musafir pada dirinya di dunia. Seolah-olah ia seorang musafir (orang yang suka berpergian atau berkelana) yang tinggal ditempat pengasingan sementara, untuk kembali lagi. Hingga, pada akhirnya perjalanannya selesai dengan adanya kematian yang memisahkannya.

Manusia yang hidup di dunia semuanya akan mati, hanya perbuatan amal solehnya yang akan menjadi teman hidupnya nanti. Tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya, hanya perbuatannya itu sendiri yang bisa menolongnya. Itulah, konsep yang dijarkan nabi untuk umatnya. Untuk menyegerakan segala perbuatan amal solehnya waktu di dunia. Karena perbuatan menunda-nunda adalah, perbuatan sia-sia tanpa arti. Hanya kepada Tuhan-lah kita akan kembali.

Segala apa pun yang kita lakukan akan mendapatkan balasannya. Jika perbuatan itu baik, insya Allah balasannya pun akan baik. Begitu juga, sebaliknya. Apa pun yang kita kerjakan, apakah kita menyayangi seorang anak walaupun anak itu memang secara garis keturunan bukan darah kita sendiri. Tapi, kita menyayangi dan memberikan kasih sayangnya seperti anak darah sendiri. Inysa Allah itu juga akan menjadikan salah satu tabungan kita nanti. Apalagi, anak yang kita urus kita didik adalah anak-anak yang baik dan soleh.

Dengan demikin, kita akan tergolong dengan apa yang telah dikatakan oleh nabi. Tiga tabungan atau investasi yang akan menyelamatkan anak Adam nanti di hari kiamat. Yang salah satunya kita mempunyai seorang anak yang baik dan berbakti. Tuhan tidak melihat apakah anak yang kita didik dan kita asuh, serta kita sayangi adalah darah keturunan kita atau bukan. Tapi, semuanya kita kerjakan karena Tuhan dan ikhlas karena-Nya. Maka, semua itu akan menjadi tabungan dan ivestasi bagi kita nanti.

Walaupun, kita menyayangi dan mencintai anak keturunan darah kita sendiri, tapi kita salah dalam mendidiknya itu pun akan menjadi bomerang bagi kita sendiri. Kita pernah mengenal Kan’an putra nabi Nuh as. yang diajak oleh ayahnya sendiri untuk beriman. Tapi, apa jawaban anaknya. Menolaknya dengan mentah-mentah. Padahal, ayahnya telah berusaha sekuat tenaga untuk mengajak anaknya pada jalan yang benar. Sampai-sampai nabi Nuh sendiri putus asa.

Kemudian beliau berdoa kepada Tuhannya. Tapi, apa yang dikatakan Tuhan pada nabi Nuh ketika ia berdoa. Wahai Nuh, dia bukan keturunanmu. Jadi, siapa pun dia, apakah darah kita sendiri atau bukan. Tapi, pemberian dan kasih sayang yang kita berikan tulus, ridha karena Tuhan inysa Allah semuanya akan menjadi ivestasi yang sangat berharga. Tapi, kalau segala yang kita perbuat hanya mengharapkan belas kasihan dan balasan dari orang yang kita sayangi itu, wallahu’alam. Biarkanlah pemberian kita, sedekah kita, kasih sayang kita, nasehat kita dan apa pun namanya. Tuluskanlah, biar Tuhan sendiri yang akan membalasnya. Dan segerakanlah segala perbuatan baik itu, jangan ditunda-tunda menunggu waktu yang tepat. Kalau kita masih diberi umur panjang masih bisa kita untuk memperbaikinya, tapi kalau tidak apa yang akan kita perbuat. Hanyalah penyesalan yang besar. Oleh sebab itu, tinggalkanlah hal-hal yang tidak berguna bagi kita. Hanya kepada Tuhanlah kita akan kembali.

Terakhir, semoga Tuhan membalas segala amal baik orang-orang yang telah mengasihi dan berbuat baik kepada kita semua dengan tulus. Semoga apa yang telah diberikan dan dikasihnya Tuhan membalasnya dengan setimpal. Amin. Wallahu’lam.

Nasr City, Jum’at, 6 / 8 / 2010

Ajidin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun