Mohon tunggu...
Apri Andi
Apri Andi Mohon Tunggu... -

manusia Indonesia kebanyakan, PNS sebagaimana adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nyaleg Tanpa Modal : Bisa Gak Ya?

9 Februari 2014   19:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:00 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun betah sebagai birokrat dan tidak punya minat untuk jadi politisi, kadang-kadang saya berandai-andai seandainya saya ikut maju jadi calon legislatif, saya akan habis uang berapa? Atau bisakah saya yang kere-hore (tak kaya, tapi bahagia) begini maju untuk jadi calon legislatif tanpa mesti keluar biaya berjumlah "luar biasa"?

Kalau sekedar maju nyaleg mungkin bisa, karena saya pernah kenal orang yang maju caleg tanpa biaya (kecuali administrasi beberapa puluh ribu rupiah) dan hasilnya..... sama sekali tidak dapat suara. Tapi kalau memang betulan berniat untuk maju, maka saya harus memperkenalkan diri pada konstituen, dengan kata lain berkampanye. Dan kampanye inilah penyedot duit luar biasa.

Ada sih, terpikirkan metode untuk berkampanye tanpa keluar uang, tetapi hambatannya juga cukup besar :

1. Kampanye full online

Artinya berkampanye 99% via media online gratisan seperti kompasiana, wordpress, facebook, twitter, kaskus dan segala macam media gratis lainnya. Sisa 1% nya dengan metode "bertandang" ke rumah tetangga. Proporsi bertandang hanya 1% karena tidak mungkin mendatangi rumah orang satu kota apalagi kabupaten kan?

Metode full online ini, meskipun butuh pengorbanan bandwith dan waktu didepan laptop, masih bisa dianggap gratis, karena saya terkategori "manusia laptop" yang setiap hari nongkrong didepan laptop dan pasti selalu punya paket internet.

Kendalanya metode seperti ini adalah daya penetrasi kampanye saya. Kampanye full online - apalagi kalau dikerjakan sendiri tanpa tim kreatif - paling berapa yang baca? Bahkan kalaupun sebelumya saya adalah seleb twit atau blogger kenamaan, tetap saja penetrasi pengguna internet di Indonesia baru sekitar 25%. Belum lagi kalau dihitung bahwa pengguna internet yang 25% itu ternyata sebagian besarnya adalah anak-anak belum ber-KTP yang main game online atau bapak-bapak atau ibu-ibu kantoran yang bentuk penggunaan internetnya cuma berupa cuma BBM dan surel.

2. Pakai sponsor

Kampanye dengan menggunakan dana dari pendukung dan relawan juga memungkinkan. Apalagi kalau misalnya saya orang ngetop dan terkenal (nyatanya, boro-boro terkenal, foto profil di Kompasiana saja tidak ada, belum verified pula) yang punya banyak pendukung fanatik seperti jokowi. Tentunya diantara pendukung ini ada yang menyertakan biaya kampanye dalam "dukungan"nya.

Tapi masalahnya urusan mendukung dengan uang ini urusan yang rawan. Saya sih tidak paham aturannya, tetapi logikanya kalau memberikan hadiah untuk pejabat yang sudah mantap di jabatannya saja tergolong gratifikasi dan bisa ditangkap KPK, bagaimana pula statusnya memberikan sejumlah uang yang menyebabkan seseorang dapat duduk di jabatan tersebut? Gratifikasi kepada pejabat yang sudah mantap menjabat saja diyakini dapat mengganggu netralitas si pejabat, apalagi kalau ternyata gratifikasi itulah yang menyebabkan seseorang duduk di jabatannya, tentunya akan lebih mengganggu netralitas lagi bukan?

Pengunaan biaya sponsor untuk berkampanye jelas rawan terhadap adanya hutang "titipan sponsor". Apalagi kalau ternyata sponsor tersebut adalah pengusaha abu-abu atau bahkan hitam sekalian. Bisa-bisa saya masuk ke legislatif sebagai "utusan mafia" dan yang saya perjuangkan cuma kepentingan si mafia.

3. Memanfaatkan relawan

Memanfaatkan relawan juga bisa, kalau saya punya pendukung yang banyak tentunya. Tinggal bagaimana mengkoordinasikan relawan ini untuk mengkampanyekan saya di lingkungannya masing-masing. Gratis dari segi biaya, cukup modal kepercayaan.

Tetapi bagaimanapun juga 100% memanfaatkan relawan untuk berkampanye juga rasanya tidak mungkin. Toh sejak zaman saya anak-anak dan menyaksikan kampanye zaman orba sampai kampanye zaman reformasi, satu-satunya relawan yang pernah saya temui dan kenal yang benar-benar mau bekerja tanpa dibayar cuma relawan PKS. Itupun tetap harus keluar uang untuk cetak stiker dan brosur kan?

Kesimpulannya : Kalau tidak punya uang dan tidak mau dikekang oleh "pemegang modal" jangan nyaleg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun