Mohon tunggu...
Apri Andi
Apri Andi Mohon Tunggu... -

manusia Indonesia kebanyakan, PNS sebagaimana adanya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Resep Dokter : Rantai Lemah Sistem Informasi Kesehatan

15 Februari 2014   22:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ISACA dalam Cobit 5 : enabling information menjelaskan bahwa Informasi dipandang sebagai salah satu faktor yang memungkinkan berjalannya bisnis (enabler). Dan sebagai Enabler informasi memiliki tiga jenis goals atau tujuan yang hendak dicapai. Goals ini dinyatakan dalam bentuk 15 macam kualitas informasi yang dibagi kedalam 3 grup : intrinsik, kontekstual dan keamanan. 

Jika dibandingkan antara fenomena "tulisan jelek" di resep dokter dengan kualitas informasi yang dijelaskan ISACA diatas, maka masalah terbesar kualitas informasi dalam resep adalah pada kualitas kontekstual : interpretability dan understandability. Karena masalah kualitas kontekstual terkait dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan menggunakan informasi tersebut, maka masalah kualitas kontekstual dari informasi juga akan berefek pada pekerjaan yang hendak dilaksanakan oleh apotek sebagai pengguna informasi dari resep tersebut.

Salah satu solusi yang diajukan untuk masalah ini adalah penggunaan peresepan secara elektronik (saya ingin membahas ini lain waktu). Tetapi berhubung peresepan secara elektronik butuh waktu untuk bisa diterapkan dimana-mana, maka untuk meningkatkan kualitas informasi yang berasal dari dokter ke apotek, untuk sementara :

  1. Bagi dokter : pastikan tulisan anda terbaca, kalaupun anda memiliki pandangan bahwa salah satu "job description" dari apotek adalah membaca tulisan anda, ingatlah bahwa ada nyawa orang yang terancam hanya gara-gara tulisan anda.
  2. Bagi apotek/farmasis : tidak apa-apa cerewet sedikit. Jangan ragu-ragu untuk menelepon dan mengkonfirmasi setiapkali tulisan di resep yang anda terima mustakhil untuk dibaca. Kalau perlu anda teror dokter yang meresepkan dengan telepon pertanyaan setiapkali resepnya tidak bisa dibaca.
  3. Bagi pasien : be as nyinyir as posibble. Sebelum meninggalkan ruang periksa dokter, pastikan bahwa anda bisa membaca resep yang dibuat untuk anda. Tidak masalah jika anda tidak paham maksud dari resep tersebut (misal : "S.tdd.1.tab.pc"), tetapi yang penting anda mampu membaca setiap huruf-hurufnya dengan benar. Karena jika huruf-huruf yang tertulis di resep dapat anda kenali, hampir bisa dipastikan apotek bisa membacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun