D : haha iya, kayaknya yang ini enak deh dis. (menunjuk gambar sup tomyam dengan kuah yang kental berisi udang, daging kepiting,, )
G : wooo boleh juga tuh (sesaat memori tentang ibu hilang tergantikan oleh tomyam, tidak lama, karena aku langsung melihat mereka lagi di sudut restoran)
Dio belum pernah bertemu ibu, sampai suatu hari Dio tiba-tiba datang ke rumah dan bertemu ibu, dan setelah itu pula sikap Dio mulai berubah, mulai sulit untuk dihubungi, kemudian menjauh begitu saja. Berkali-kali aku mendatanginya meminta penjelasan, namun hening, hanya kebisuan yang kudapat. Entah sejak kapan aku mulai merasa lelah, aku hentikan usahaku untuk meminta penjelasan, aku pun keluar dari rumah meninggalkan ayah dan ibu yang hampir setiap hari bertengkar.
Aku pun pindah pekerjaan, karena tempat kerjaku sebelumnya tidak jauh dari rumah, sebuah tempat penerbitan kecil dimana aku bekerja sebagai editor buku-buku pelajaran sekolah. Tempat kerja baruku yang sekarang adalah tempat aku bertemu pria yang di depanku ini, juga pria yang sama dengan yang duduk bersama ibuku di sudut restoran itu. Dan sekitar sebulan yang lalu aku melihat dia dan Dio di lobi kantor memanggilnya ayah.
PPB : Dis, saya duluan.
G : oh, iya pak. (suaranya membuyarkan lamunanku, tiba-tiba aku tersenyum sendiri, ya sudah lah masa lalu)
Seorang pria (P) setengah berlari cepat-cepat menekan tombol lift sebelum pintu lift tertutup, dan masuk ke dalam lift.
G : Selamat pagi, Pak! (gadis menyapa dengan spontan dengan alasan sopan santun sebelum melihat siapa yang masuk)
P : Pagi, dis. (pria itu menatap gadis dengan sedikit terkejut, namun berusaha ditutupinya)
Gadis menoleh karena suaranya seperti sangat dikenalnya.
D : Kamu kerja di sini sekarang?