Mohon tunggu...
Sawito Kartowibowo
Sawito Kartowibowo Mohon Tunggu... -

Membongkar Apa yang harus dibongkar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hujan Kepagian Abraham Samad

19 Januari 2015   19:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421646425510666006

[caption id="attachment_391790" align="aligncenter" width="620" caption="Membaca Pikiran dan Perilaku Samad, Sumber Unggah Foto : Suara.com)"][/caption]

Setelah tulisan pertama saya di Kompasiana yang berjudul "Rumah Kaca Abraham Samad" dan saya menunggu klarifikasi dari pihak PDIP juga pihak Abraham Samad sendiri, maka membaca gerak-gerik Samad harus dibaca bukan lagi "Bahasa Pengungkapan" tapi sebagai "Bahasa Politik".

Samad secara legitimasi tidak bisa dikatakan lagi sebagai "Penangkap Koruptor" karena bila ia menebah dadanya sebagai "Penangkap Koruptor" tentunya ia tidak akan mencalonkan dirinya sebagai Cawapres atau Jaksa Agung, ditengah-tengah masa jabatannya. "Selama dia menjabat Ketua KPK semestinya Abraham Samad menjauhkan dirinya dari apapun".

Selain ada enam  pertemuan dengan Petinggi PDI Perjuangan, Samad juga tercatat empat kali bertemu dengan Petinggi Nasdem untuk mengejar jabatan politik. Samad berusaha mendekati Nasdem. Pertemuan pertama kali di sebuah rumah yang dijuluki oleh internal Nasdem sebagai "Safe House"  pertemuan terjadi dua kali  Safe House, lalu pertemuan ketiga di sebuah kantor, dan pertemuan keempat terjadi di sebuah tempat.  Nasdem juga harus mengklarifikasi pertemuan dengan Abraham Samad untuk menjelaskan posisi politik Samad di masa kampanye.

TIGA HAL YANG HARUS DIPERTANYAKAN PADA SAMAD, PDIP DAN NASDEM.

1. Siapakah yang menyebarkan foto orang berwajah mirip Samad dengan Perempuan cantik ? dia sendirikah yang menyebarkan untuk memancing emosi rendahan massa?

2. Samad harus mengklarifikasi enam kali pertemuannya dengan petinggi PDI Perjuangan, dan PDI Perjuangan harus membuka komunikasi ke publik soal pertemuannya dengan Samad. Ini adalah pertanggungjawaban Abraham Samad kepada publik dan juga penghormatannya kepada kode etik KPK.

3. Samad juga harus mengklarifikasi pertemuannya diduga  empat kali yang juga membahas soal dukungan politik dirinya untuk masuk ke dalam Pemerintahan Jokowi, bila Jokowi memenangkan Pemilu 2014.

Atas fakta diatas, juga dicermati penafsiran politik Abraham Samad dalam gerakan ini :

A. Penyebaran Foto Mesra

Sampai saat ini belum ada bukti siapa yang menyebarkan foto mesra Abraham Samad, mengapa penafsiran ini tidak diarahkan "Samad sendirilah yang merekayasa penyebaran foto tersebut" bila asumsi ini dipakai maka arah narasinya jelas : "Samad memancing adanya polemik rendahan" Samad sangat sadar bahwa polemik rendahan amat dibenci oleh kalangan kelas menengah kota.  Pihak yang sedang dijatuhkan Samad akan merasa kena dampaknya, karena foto mesra jelas tidak akan memiliki "delivery politic" kecuali sebagai penyetir arah emosi massa kelas menengah intelektual.

Tim Sukses Samad mengerti bahwa narasi yang dibenci publik adalah narasi dengan menyebarkan foto yang diragukan keasliannya lalu menjudge, jenis kampanye hitam ini ramai sekali dilakukan pada Pilpres 2014.

B. Membangkitkan Kesadaran Palsu

Abraham Samad dengan berhasil membangkitkan "Kesadaran Palsu"  Samad menggunakan teknik penggairahan massa dengan menyentuh "Kesadaran yang tidak menyentuh pada realitas". Disini Samad bermain dengan jaringannya yang ia kenal dekat, ada hubungan kedekatan emosional antara Samad dengan komunitas-komunitas yang aktif di Twitter, mereka saling mencuit dan memiliki rasa keterikatan. Samad dengan cerdik bermain di Fadjroel Rachman yang sempat membotaki kepalanya di KPK,  dan komunitas artis yang memiliki jiwa bersih dalam memberantas korupsi tapi tanpa disadari oleh mereka sedang dimainkan Samad dalam operasi politiknya.

Gerakan politik para artis sukarelawa Jokowi adalah amat benar dan penuh ketulusan untuk menolak korupsi, tapi gerakan ini secara politik bisa dibaca sebagai "Gerakan Kesadaran Palsu" karena tanpa sadar mereka bermain di wilayah gerakan politik Samad.

C. Samad Melakukan Simpanan Peluru Politik

Keberhasilan Samad membuat malu Presiden Jokowi, membuat ia semakin memperkuat inventaris politiknya. Samad jelas memiliki semua peluru ke semua Partai, sekaligus menaikkan kekuatan politiknya sebelum nantinya ia berlabuh di Partai Politik pada Januari 2016.

Bila ini dibuktikan bahwa Abraham Samad tidak secara sungguh-sungguh dan tulus melakukan pembersihan dan penangkapan-penangkapan koruptor maka arah Abraham Samad bermain politik dengan menggunakan KPK sebagai semacam "Partai Politik" akan semakin kentara.

Tulisan saya ini mungkin akan dituduh fitnah atau semacamnya, tapi saya harus mengungkapkan ini ke publik sebagai bagian dari keyakinan saya untuk menyelamatkan Komisi Pemberantasan Korupsi, karena ditengah terpuruknya Partai-Partai, KPK justru menjadi ikon penyelamat Republik, tapi kalau KPK menjadi alat murahan dari Abraham Samad, maka kemana lagi kita harus mencari kebenaran dalam pembantaian korupsi?

Semua pihak harus menyadari, bahwa KPK sesegera mungkin harus dievaluasi, terutama sekali soal klarifikasi Abraham Samad dalam masa kampanye Pilpres 2014, benarkah dia menemui petinggi PDIP dan bernegosiasi bila ini benar, legitimasi kepemimpinannya hancur sudah bila Samad bisa membuktikan tidak benar maka Samad bisa melanjutkan kerjanya dengan baik.

Bila satu minggu kemarin, Presiden Jokowi yang pening kepalanya dan dibully publik secara luar biasa,  maka minggu keadilan juga harus datang dari Abraham Samad, dan  dengan tegas dia berkata "Saya bersih dari kepentingan-kepentingan politik 2014", Samad jangan membangun opini publik di Televisi, hematlah kata-kata anda, karena kata-kata anda sepenuhnya Objektif atas hukum, moralitas Republik ini amat bergantung dengan perilaku anda.

Saya jadi teringat ucapan Stalin saat mengomentari Gubernur Georgia setelah perang dunia kedua : "Bila kamu ingin lihat tabiat asli seorang laki-laki, berilah ia kekuasaan".........

Semoga perilaku Samad kepada Presiden Jokowi, Media serta ribut-ribut publik kemarin bukanlah "Hujan Kepagian" ala Nugroho Notosusanto ketika menuliskan novelnya di tahun 1950-an.........

-Sawito Kartowibowo-.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun