Tepat 1 Desember 2024 Kota yang menjadi bagian penting dari Legitimasi Dunia sebagai Situs Warisan yang dikenal dengan sebutan WTBOS (Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto) atau OCMHS (Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto) Sawahlunto genap berumur 136 Tahun. Berbagai rangkain kegiatan digelar dalam rangka memeriahkan hari istimewa tersebut, mulai dari SIMFest (Sawahlunto International Music Festival), Sidang Paripurna peringatan Hari Jadi Kota, Prosesi Makan Bajamba yang diawali dengan Arak-arakan tamu VVIP, VIP serta tokoh masyarakat dan Lembaga Adat dan Budaya, Kemudian dilanjutkan dengan Penampilan Kesenian Kuda Kepang di Museum Kereta Api dan pada Malam harinya di pagelarkan Kesenian Wayang Kulit Khas Sawahlunto di depan Museum Lubang Tambang Soero Kota Sawahlunto.
Wayang Sawahlunto adalah salah satu Karya Budaya Kota Arang, yang merupakan salah satu jejak budaya akibat kegiatan eksploitasi pertambangan batu bara. Para Pekerja tambang sebagian besar di datangkan dari Pulau Jawa, baik sebagai buruh paksa, buruh kontrak, tenaga kesehatan dan tenaga teknis lainnya. Hal tersebut tentu secara tidak langsung membawa kebudayan-kebudayaan Jawa tumbuh dan berkembang diluar daerah asalnya yaitu Kota Sawahlunto.
Pada awalnya Kesenian Wayang Kulit di Sawahlunto sama halnya dengan Kesenian Wayang kulit yang ada di Daerah Jawa, begitu juga dengan cerita yang dibawakannya. Menurut  Bapak H. Sajiman salah satu pegiat kesenian Jawa di Sawahlunto, "Wayang ini telah ada sejak tahun 1901 di Kota Sawahlunto dan sampai saat ini perangkat Wayang kulit tersebut masih tersimpan dan sesekali di Pamerkan baik dalam acara-acara Kesenian dan Kebudayaan Daerah maupun kepada para pengunjung dan peneliti yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang kesenian Wayang ini".
Kelompok Paguyuban Masyarakat Jawa di Sawahlunto merasa perlu memiliki identitas budaya yang membedakan antara Wayang Kulit Jawa dengan Wayang Kulit Sawahlunto, maka diinisiasilah oleh beberapa tokoh Kesenian Jawa dan difasilitasi Oleh Pemerintah Kota Sawahlunto untuk menciptakan Wayang Kulit Khas Sawahlunto. Wayang Sawahlunto terbentuk karena adanya akulturasi Budaya Jawa dengan Budaya Masyarakat Lokal yaitu Budaya Minang, hal ini dapat dilihat dari bebertapa hal seperti Tokoh Wayang yang diciptakan memunculkan karakter Bundo Kanduang, Pekerja Tambang, Tokoh Belanda dan lainnya. Dari sisi Pemain, tidak seluruh pemain bersuku Jawa melainkan terbuka juga untuk seluruh suku ikut sebagai pemain begitu juga dengan alat musik dan lagu-lagu yang dimainkan, selain memakai Gamelan Ajeng sebagai musik pengiring, alat-alat musik tradisional lokal juga ikut mendukung pertunjukan wayang kulit ini begitu juga dengan lagu-lagu yang dimainkan Saat Goro-goro.
Pagelaran Wayang Sawahlunto yang dihadiri dan dibuka langsung oleh Pj. Sekda Bapak Ezeddin Zain, SH, dan Juga Anggota DPRD Sawahlunto Bapak Nurilman serta Ketua Paguyuban dan Komunitas Lembaga Budaya se Kota Sawahlunto serta Masyarakat yang multietnis serta perantau Sawahlunto yang menghadiri rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Sawahlunto, hal ini memperlihatkan betapa Harmonisnya Pemerintah Daerah dan Masyarakat bersama-sama melaksanakan Pemajuan Kebudayaan sesuai yang diamanahkan pada UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.Â
Menjadi harapan bersama Kebudayan menjadi panglima dalam hal Pembangunan  Kota Sawahlunto. Kebudayaan Tangible dan Intagible yang kaya merupakan potensi luar biasa yang bisa dilakukan Upaya Pelesetarian melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan dan Pembinaan yang akan berdampak nantinya kepada peningkatan kesejahteraan Masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H