Penulis: Kelompok KKN 89
PECORO, JEMBER- Sabtu, 30 Juli 2022, Mahasiswa KKN Kolaboratif Kabupaten Jember kelompok 89 beranggotakan 9 orang, melakukan penggalian potensi desa melalui kunjungan terhadap salah satu usaha lokal milik warga Desa Pecoro, Kecamatan Rambipuji.
Desa Pecoro menjadi salah satu desa di Kabupaten Jember yang memiliki industri batu merah dengan populasi terbanyak. Setiap dusun di Desa Pecoro mulai dari Dusun Krajan, Bindung hingga Kandangan pasti terdapat industri batu merah di dalamnya. Industri tersebut sudah berdiri selama bertahun-tahun dan hasil produksinya mampu mencapai skala ribuan.
Pada permulaannya, industri batu merah digagas karena minimalisnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi masyarakat setempat yang memiliki background pendidikan rendah. Namun disisi lain, lahan pertanian di daerah Pecoro cukup luas dengan karakteristik tanah liat atau lempungnya. Berdasarkan kacamata pandang penduduk lokal, potensi ini dijadikan peluang untuk membuka lapangan pekerjaan yakni pengrajin batu merah. Dengan bermodal uang untuk menyewa sawah yang akan dijadikan sebagai lahan industri dan peralatan tradisional, ternyata mampu  mengantarkan usaha batu merah menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat di Desa Pecoro dari generasi ke generasi.
"Pekerja biasanya memulai pembuatan batu merah sejak jam 5 pagi dan pada siang harinya mereka istirahat. Beberapa pekerja bahkan mulai bekerja sejak sebelum menikah," ujar Pak Susanto selaku pemilik usaha.
Proses pembuatan batu merah dilakukan secara tradisional tanpa bantuan mesin. Mulai dari pembuatan adonan tanah liat, pengadukan, pencetakan, penjemuran, hingga pembakaran. Â Proses pembuatan adonan dan pengadukan hasil seimbang agar batu merah tidak mudah pecah atau hancur. Lalu, adonan yang sudah siap akan dicetak menggunakan balok kayu yang dibentuk persegi panjang dan pada saat mencetak harus dicampur air serta ditekan-tekan supaya padat dan bentuknya simetris. Setelah itu, baru dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari.
"Untuk proses penjemuran sendiri, kalau musim panas, penjemuran batu merah bisa cepat daripada musim hujan, biasanya membutuhkan waktu hingga 2 hari. Tapi kalau waktu musim hujan, waktu keringnya lumayan lama, bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan," ujar Pak Susanto.
Yang membuat kami (kelompok KKN 89) penasaran ialah di tempat penjemuran batu merah selalu terdapat terpal di sisi kanan dan kirinya. Saat ditanyakan, apa fungsi terpal-terpal tersebut?
"Terpal-terpal itu ditaruh sana untuk melindungi batu merah yang sedang dijemur kalau sewaktu---waktu hujan tiba-tiba turun," ungkap Pak Syafi'i selaku pekerja batu merah.
Proses terakhir yakni pembakaran batu merah. Pembakaran batu merah/batu bata dilakukan ketika batu bata sudah kering setelah dijemur. Ada 2 bahan bakar yang digunakan untuk membakar batu merah yaitu kayu dan sekam. Jika bahan bakar yang digunakan adalah sekam, maka waktu pembakaran bisa memakan proses selama 15 hari. Sedangkan, bilamana bahan bakar diganti menjadi kayu, maka proses pembakaran memakan waktu selama 15-20 hari.
Dalam sekali pembakaran, batu bata yang dikumpulkan untuk dibakar mampu mencapai jumlah 30 ribu sampai 50 ribu batu bata. Namun, hasil ini bisa saja berkurang jikalau batu merah hancur ketika dibakar atau sudah dibakar sehingga batu merah tersebut tidak bisa lagi diproses atau dibuat kembali dan biasanya dibuang.
Produk batu merah yang sudah jadi akan dijual ketika ada yang memesan tanpa ada target pasar ataupun melalui distributor seperti toko bangunan. Â Terkadang, penjualan batu merah bisa menembus pasar luar kota (luar regional Kab. Jember).
"Batu merah yang sudah jadi, itu dijual sampai ke luar kota. Tergantung siapa yang beli. Jadi, batu merah dijual ke siapa aja yang mesan atau beli. Harganya jual batu merah tetap sama meski bakarnya pake sekam atau kayu," ungkap pemilik usaha.
Beliau juga menyampaikan bahwa peningkatan penjualan batu merah mampu membawa usaha industri lokal berkembang lebih besar sehingga lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Pecoro dapat terbuka lebar untuk menyerap pengangguran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H