Mohon tunggu...
Savyla Putri Permatasari
Savyla Putri Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemar bercerita dan berdiskusi berbagai topik pembahasan karena dua hal tersebut merupakan cara tersimple untuk memperoleh dan mentransformasikan knowledge.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mendorong Efisiensi dan Efektivitas Kinerja Industri Rumahan Gipang di Desa Pecoro

31 Juli 2022   14:52 Diperbarui: 31 Juli 2022   15:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi primer- pekerja Gipang "Ikan Mas"/Dok KKN Kolaboratif 89

Penulis: Kelompok KKN 89

PECORO, KAB. JEMBER -- Selasa sore (26/7), Mahasiswa KKN Kolaboratif 13 Perguruan Tinggi se-Kab. Jember, salah satunya adalah kelompok 89 yang menggabungkan 3 Perguruan Tinggi terdiri atas Universitas Jember, Universitas Muhammadiyah Jember dan Universitas dr. Soebandi Jember  melakukan kegiatan KKN Tematik. Cakupan kegiatan ini, yaitu terkait potensi desa di Desa Pecoro, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.

Sebuah usaha industri rumahan camilan yang dikenal dengan Gipang sebagai produk olahannya. Di mana, usaha tersebut diawali dari nol oleh sepasang suami istri.

"Dari tahun 2006, awal mulanya tadinya saya dan bapak, itu sales keliling bawa makaroni, Gipang. Setelah itu saya pengen bikin sendiri, begitu. Terus ada mesin yang mau dijual, saya beli jadinya, ada jalan dan ada peluangnya," begitu ungkap Ibu Dewi Ani selaku pemilik usaha industri rumahan.

Peningkatan produksi dan permintaan pasar terhadap produk Gipang semakin meningkat pesat seiring berkembangnya usaha. Ibu Dewi Ani menyampaikan bahwa pada momentum Maulid Nabi hingga Ramadhan menjadi puncak banyaknya permintaan Gipang.

"Setiap harinya ada lembur. Ndak mampu kalau mesinnya cuma 1 tuh kurang," ungkapnya.

Industri rumahan milik Ibu Dewi tersebut memberikan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar, khususnya masyarakat di Desa Pecoro sebab mampu membuka lapangan pekerjaan dan mendorong peningkatan taraf hidup warga.

"Yang bekerja di sini ya tetangga di sini wes, kayak ibu-ibu itu, yang ndak kerja saya ajak ke sini," ungkapnya.

Akan tetapi, ada beberapa permasalahan yang perlu diperbaiki yakni terkait SOP (Standard Operating Procedure) dalam packing dan packaging. Bagaimana sebuah produk dikemas secara baik dan benar serta menampak sisi interest bagi konsumen. Sedangkan, packaging-nya menggunakan plastik tipis yang kemudian dijilit dengan obor kecil.

Problematika tersebut memberikan impact penurunan kualitas produk yang diakibatkan dari packing Gipang yang tidak safety sehingga kerugian bertumpu pada produsen melalui retur.

"Penyebabnya itu ya, ndek pasar itu terlalu lama jadi mlempem, mlempem kan mbalek sama aku lagi, begitu," terangnya.

Selain itu, pangsa pasar yang kecil hanya berada pada lingkup Kabupaten Jember dan beberapa daerah di Banyuwangi. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh packaging yang biasa saja sehingga kurang mampu menarik minat konsumen.

"Ya itu, tadinya kan pingin yang mesin otomatis ya, yang packing terus sama sablon gitu, karena  ada anak yang mau bikin, loh, dan katanya berkisaran 32jt," lanjutnya.

Berlandaskan hasil wawancara mahasiswa, Ibu Dewi Ani sudah memiliki orientasi untuk membeli mesin otomatis yang memiliki efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi. Tetapi, terkendala pada finansial yang tidak cukup karena harga mesin terlalu tinggi.

Hadirnya mahasiswa kelompok 89 yang mengikuti KKN Kolaboratif se-Kab. Jember mendapatkan sambutan yang positif dari produsen dan karyawan industri rumahan Gipang. Antusiasme juga diberikan sebagai bentuk ekspresi karena mahasiswa dapat menyumbangkan saran, ide-ide dan wawasan. Pemilik industri rumahan Gipang-pun melakukan sharing terkait permasalahan dan hambatan yang dialami selama bisnis berlangsung.

Harapan sekaligus orientasi ke depannya, Ibu Dewi Ani ingin agar mampu membeli mesin produksi otomatis untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas produk Gipang sehingga pengembangan usahanya berjalan secara kontinu.

"Yaa.... harapannya pingin punya mesin itu, soalnya kalau pake mesin itu kualitas packing-nya juga bagus, kan, dek, kayak yang wafer gitu (sambil tertawa). Kalau kemasan lebih bagus nantikan lebih banyak lagi ngejualnya, terus jumlah produksinya juga bisa banyak dek karena yaa permintaan konsumen/sales di sini banyak ndak nutut kita kalau masih pakai manual gitu alatnya," begitu pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun