Kalender di meja baru saja menunjukkan sederet tanggal muda di awal Januari, hujan masih menari-nari menghiasi hari meredupkan langit.
Malam ini Purnama menampakan keagungan dirinya dengan bersinar penuh, bulat menawan.
Langit terang dihiasi seleret awan tipis yang berjalan dihembus angin.
Langit seperti berpesta semarak karena cahaya perak dengan anggun memenuhi bumi ini.
Indah
Romantis
Misterius
Ingatanku terlempar pada beberapa dekade lalu.
Ketika purnama adalah keistimewaan untuk berkumpul bersama tetangga dan kerabat, bagi anak kecil artinya diperbolehkan tidur larut dan bermain hingga lelah.
Rumahku di kompleks Halim puluhan tahun lalu ketika Jakarta masih berupa sawah dan perkampungan, semua rumah membuka pintunya membiarkan anak-anak berlarian, berceloteh, bermain bahkan menari dibawah rembulan. Â Pendar lampu kekuningan kalah oleh terangnya rembulan. Â Kunang-kunang mempercantik malam purnama.
Kami semua berbaur menjadi harmoni keindahan memuja semesta.
Kenangan yang membuat bibirku tersenyum.
Malam ini kunikmati Purnama sambil menyetir dan berusaha mencarinya di sela-sela bangunan tinggi.
Kadang ada seringkali tiada.
Cahaya terangnya bersaing keras dengan kegenitan lampu LED yang membuat kota tak pernah tidur.
Ah, waktu hanyut dengan cepat dalam irama kehidupan ini.
Bulanpun menjadi saksi dalam hening berbagai kejadian di dunia. Â Menerima apapun yang dilemparkan padanya.
Dalam tidurku malam ini biarkan mimpi-mimpiku terapung di langit terang ditemani cahaya cinta dan kecupan mesra Sang Purnama
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI